Abstrak
Pada awalnya VOC datang ke Nusantara untuk medapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan Belanda akan repah-rempah. VOC memiliki hak-hak istimewa yang disebut dengan hak octrooi, hak ini yang membuat VOC dapat berlaku sebagai sebuah negara. Untuk mencapai tujuannya VOC melakukan monopoli perdagangan di wilayah Nusantara yang pada saat itu masih dikuasai oleh kerajaan Islam. Monopoli dagang yang dilakukan oleh VOC tentu berbenturan dengan kerajaan Islam di Nusantara selain itu juga VOC berlaku sewenang-wenang sehingga menimbulkan perlawanan-perlawanan dari masyarakat Nusantara, salah satunya adalah perlawanan yang dilakukan oleh Sultan Agung Mataram. Dimana, Sultan Agung ingin menyatukan jawa dibawah Mataram.
Kata
kunci. VOC, hak octrooi,
Sultan Agung Mataram, perlawanan Sutan Agung Mataram
PENDAHULUAN
Lahirnya VOC. Banyak
perusahaan pelayara niaga yang mengklaim memegang monopoli perdagangan antara
kota masing-masing dengan Asia dengan sendirinya menimbulkna persaingan ketat.
Terutama pada harga jual rempah-rempah dari Asia. Persaingan ini mengakibatkan
merosotnya keuntungan. Sehingga pihak Amsterdam dan Zeeland memutuskan untuk
menyatukan semua perusahaan pelayaran niaga dalam satu perusahaan. Dengan
bantuan pemerintah masing-masing, dan intervensi keluarga Oranye (Pangeran
Mauritz), tanggal 20 Maret 1602 Staten
Generaal mengeluarkan sebuah surat izin (Octrooi) pada sebuah perusahaan yang dinamakan Verenigde Oostindische Compagnie (Serikat Perusahaan Perdagangan di
Asia Timur). Octrooi tersebut berlaku
21 tahun dan dapat diperbarui seterusnya. (Poeponegoro, 2010: 29).
Hak octrooi yang diberikan untuk VOC, yaitu
seperti, hak monopili, hak untuk membuat uang, hak untuk mendirikan benteng,
hak untuk melaksanankan perjanjian dengan kerajaan di Indonesia dan hak untuk
membentuk tentara.
Sultan Agung Mataram. Adalah
Sultan ketiga kesultanan Mataram yang memerintah pada periode 1613-1645.
Dibawah kepemimpinannya Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa
dan Nusantara pada saat itu. Sultan Agung ingin menyatukan jawa dibawah Mataram
selain itu juga, Sultan Agung merupakan seorang pelopor Islam-Jawa yang menjadi
tonggak pertemuan dari semakin hijaunya benteng kebudayaan pedalaman terhadap
Islamisasi.
Hubungan pasang surut
antara Mataram dan VOC sejak tahun 1614 hingga 1921, dimana terkadang Mataram
menolak dan terkadang menerima kerjasama dengan VOC. (Gustaman, 2017: 200).
PEMBAHASAN
Saat kantor pusat
perdagangan VOC masih berada di Ambon, VOC mengirimkan utusannya ke Mataram
antara lain Hendrik de Haan, Yan Vos, dan Pieter Franssen. untuk menghadiri penobatan
Sultan Agung yang diangkat menjadi Sultan di Mataram, selain itu VOC bertujuan
ingin menjalin kerjasama dengan Mataram. Namun, Sultan Agung memerhatikan hal
itu dan menganggap VOC berusaha melakukna kolonialismenya yang mengancam
kekuasaan politik kerajaan Mataram. (Poesponegero, 2008, 57).
Perlawanan Sultan
Agung terhadap VOC di Batavia disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pertama,
Sultan Agung menyadari bahwa kehadiran Kompeni Belanda di Batavia dapat
membahayakan kesatuan Negara yang dalam hal ini terutama Pulau Jawa.
(Sudarmanto, 2007: 206). Dimana Mataram ingin menjadikan pulau Jawa menjadi
satu dibawah kekuasaan Mataram. Sebelumnya Sultan Agung juga telah
memperingatkan bahwa hubungan Mataram dengan VOC dapat berjalan dengan baik
apabila VOC tidak mengahalangi Mataram untuk mencapai ambisinya tersebut.
Namun, Pihak Belanda telah melakukan apa yang telah diperingatkan oleh
Sultan Agung,yakni dengan telah merebut suatu bagian Pulau Jawa yaitu Batavia.
Bagi Sultan Agung, Batavia merupakan kota
yang dapat merugikan kerajaannya. Karena merupaka jalur perdagan yang
mengubungakan Mataram dengan Malaka Hubungan antara Mataram dan Malaka
dipersukar oleh Batavia. Sultan Agung menganggap bahwa hanya ada satu cara
untuk melepaskan diri dari Batavia yaitu dengan mengahancurkan kota tersebut.
Sudah berkali-kali ia mengirim utusan kepada VOC untuk mengirim wakil
kepadanya, tetapi hal itu tidak dilakukan oleh pihak VOC. Atas dasar inilah
raja Mataram mengadakan persiapan untuk menyerbu Batavia. Pantai utara tertutup
bagi perdagangan asing. Mereka yang datang ke Mataram ditahan bahkan kantor
dagang Inggris pun ditutup. (Poesponegoro, 2008: 377-378).
Penyerangan Sultan
Agung ke Batavia dilakukan dua kali penyerangan. Penyerangan pertama. Tanda-tanda
pertama bahwa orang Mataram akan merencakan sesuatu yang luar biasa adalah
penutupan hampir seluruh pantai Jawa atas perintah Tumenggung Baureksa dari
Kendal. Penutupan ini telah dimulai pada awal tahun 1628. Berita tentang
penyerangan Raja Mataram terhadap Batavia dengan 48.000 atau 100.000 pasukan
masih tetap gencar. Pada tanggal 13 April 1628, Kia Rangga tiba di Batavia
dengan 14 kapal yang bermuatan beras. Ia memohon bantuan kepada Belanda agar
membantu Sultan Agung melawan Banten. Permohonan pertama dipertimbangkan oleh
pemerintah pusat, tetapi permohonan selanjutnya ditolak karena semua pelabuhan
jelas ditutup dengan ketat. (Graaf, hlm. 177). Karena VOC tidak bersedia
memberikan bantuan angkatan laut kepadanya, maka tidak ada satu alasan pun bagi
Sultan Agung untuk membiarkan kehadiran mereka di Pulau Jawa. (Soekirno, 1993:
8).
Pada tanggal 22 Agustus 1628, Tumenggung
Baureksa (Panglima tertinggi armada Jawa) tiba di pelabuhan Batavia dengan 50
kapal yang lengkap dengan perbekalan yang sangat banyak. Perbekalan tersebut
terdiri dari 50 gorab dan kapal-kapal yang memuat 150 ekor ternak, 120 last
beras, 10.600 ikat padi, 26.000 kelapa, 5.900 ikat batang gula, dan sebagianya
dilengkapi dengan tidak kurang dari 900 awak kapal. Hal ini membuat VOC menjadi
prihatin. sehingga sebagian hewan diturunkan dan sebagian kapal-kapal besar
ditahan di luar pelabuhan yang menimbulkan kemarahan pasukan Mataram. Setelah 2 hari yaitu
tanggal 24 Agustus muncul lagi 7 buah perahu yang singgah untuk meminta izin
perjalanan ke Malaka. VOC mencoba untuk tidak mempertemukan kapal-kapal yang
tiba dahulu dan yang belakangna karena khawatir kapal-kapal yang baru akan
memberikan senjata-senjata kepada perahu lainnya. usaha ini gagal.
Pagi hari 20 buah
perahu menyerang pasar dan benteng yang tidak siap. Orang-orang Mataram yang
datang dengan perahu-perahu itu mendarat. Mereka berhasil mencapai benteng dan
menyerbu benteng VOC. (Graaf, hlm. 63). Dalam menghadapi kekuatan Mataram,
kompeni mengorbankan daerah sekitar benteng, dengan membakar kampung di dekat
benteng dan membuat parit untuk prajurit yang mampu maju mendekati benteng. Hal
ini membuat Mataram terpaksa menarik pasukannya agak jauh. Tujuh perahu
yang datang pada tanggal 24 Agustus.
Melihat hasil penyerbuan ke benteng meminta banyak korban, tidak mendekati
Batavia tetapi mendekati Marunda dimana pada keesokan harinya, 26 Agustus 1628
pasukan dibawah pemimpin Tumenggung Baureksa mendarat.
Tanggal 21
September 1628 tentara mulai menyerang benteng Hollandia. Mereka mencoba
menaiki benteng dengan tangga. Sambil melakukan penyerangan dimana untuk
mengurangi perhatian pada penyerbuan atas benteng Holandia. Namun, orang
Belanda dapat mencium taktik mereka shingga mengubah sikap pertahanan menjadi
pernyerangnan. Dari tahanan yang ditahan kompeni dapat keterangan bahwa masih
terdapat kira-kira 4000 prajurit Mataram yang berkeliaran di hutan mecari
makan. Berdasarkan kerterangan ini kompeni mengutus Jacques Lefebres untuk
menyerang sisanya. Lefebres mengadakan penyerbuan ke perkampungan yang dimana
mengakibatkan Tumenggung Baureksa dan putranya gugur dan banyak perahu Mataram
yang berlabuh di Sungai Marunda dimusnahkan.
Kemudian pasukan
bantuan Mataram di bawah pemimpin Panglima Tumenggung Sura Agul-Agul yang
dibantu Kyai Dipati Mandurareja dan Upa Snata datang untuk memperkuat pasukan
sebelumnya. Mengetahui Batavia masih di tangan kompeni mereka berecana
membentung sungai Ciliwung,seperti yang dilakukan terhadap Surabaya, agar
Batavia kekurangan air. Namun, usaha ini gagal, karena musim peghujan tiba.
Satu-satunya
serangan pada masa pengepungan ini adalah dengan penyerangan ke benteng
Hollandia. Pertama dengan mengerahkan 100 prajurit kemudian 300 prajurit namun
sebagian kalah tertembak dan melarikan diri sehingga mengakibatkan penyerangan
pada benteng Hollandiapun gagal. Karena kegagalan menundukan musuh Mandurareja
dan Upa Santa dan anak buahnya di hukum mati. Dan ini pun mengahkiri penyerbuan
ke Batavia pada tahun 1628.
Ditahun berikunya.
1629, sebelum melakukan penyerangan dipersiapkan pasokan logistik di sepanjang
rute perjalanan seperti Tegal dan Cirebon. Mataram menjadikan Tegal dan Cirebon
sebagai gudang beras untuk persedian makanan prajurit namun hal ini bocor dan
diketahui oleh orang-orang VOC sehingga persediaan di Tegal dibakar habis.
Tentara Mataram
berangkat menuju Batavia dibagi menjadi dua gelombang yang pertama
terdiri atas artileri dan amunisi yang berangkat pada pertengahan Mei 1629,
adapun gelombang kedua ialah pasukan infanteri yang berangkat pada tanggal 20
juni 1629. Pasukan itu dipimpin oleh Kyai Adipati Juminah, K.A. Purbaya, dan
K.A. Puger. Mereka dibantu oleh Tumenggung Singaranu, Raden Aria Wiranatapada,
Tumenggung Madiun dan K.A. Sumenep. Pada
tanggal 31 Agustus 1629 hampis seluruh pasukan Mataram tiba di sekitar Batavia.
Pada tanggal 4 Juli pihak VOC mulai
memusnahkan 200 kapal, 400 rumah, dan satu gunungan padi. Akibat dari dimusnahkannya gudang beras Mataram, usaha
pengepungan Batavia tidak berlagsung lama. Meskipun demikian, mereka tetap
mendekati benteng Hollandia, dengan melalui parit-parit para prajurit Mataram
berhasil meruska benteng Hollandia. Setelah berhasil mereka menuju benteng
Bommel, dan menyerngnya dengan kekuatan 200 prajurit, disini meraka gagal.
Hari-hari
berikutnya prajurit Mataram menuju ke Benteng VOC, dan pada tanggal 21
September 1629 tembakan dimulai terhadap benteng VOC. VOC mebiarkan penembakan
bentengya hingga persediaan mesiu habis. Sementara tembakan-tembakan
dilancarakan terhadap benteng Belanda, Jan Pieterszoon Coen meniggal diserang
penyakit. (Poesponegoro, 2009: 380). Kemungkinan besar Jan Pieterszoon Coen
terjangkit penyakit kolera. (Poerponegoro: 2010: 47).
Diketahui bahwa
pasukan Mataram menderita kelaparan, hal ini diakibatakan Belanda mengahalangi
bantuan makanan dengan menyerang suplai makanan Mataram sebelumnya. hal ini
mgakibatkan melemahnya pertahanan Mataram. Setelah lima minggu pasukan
susuhunan yang besar itu harus mundur karena pukulan, dengan mininggalkan
tumpukan dan gungukan mayat manusia dan
binatang yang telah mati karena kelaparan dan kelelahan. (Hall, 1988: 275).
Mataram terus
–menerus mencari bantuan dari Malaka yang ada di bawak kekuasaan Portugis.
Namun, harapan bantuan dari Malaka yang ada di bawah kekuasaan Portugis pun
menghilang karena pada tahun 1641 VOC berhasi menguasai Malaka dan orang-orang
Portugisun kehilangna tempat berpijak di Nusantara. (Poesponegoro, 2008: 381).
Hubungan Mataram dan Portugispun dibatalkan.
Penyerangan di tahun 1629 ini mengakibatkan
pihak Mataram mengalami banyak penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kelaparan, tentarannya pun bercerai-berai dalam perjalanan pulang mereka.
Sedangkan VOC hanya menderita sedikit kerugian. Ambisi Sultan Agung tidak
seimbang dengan kemampuan militer dan logistiknya sehingga telah membawa
dirinya ke dalam kehancuran di depan Batavia. Semenjak itu, tentara Mataram
tidak pernah lagi menyerang Batavia. (Ricklefs,hlm. 90). Kegagalan ini pun mengakibatkan pemberontakan di Mataram
seperti yang dilakukan Madura dan Surabaya yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Mataram.
KESIMPULAN
Penyerangan yang
dilakukan oleh Sultan Agung terhadap VOC dilatar belakangi karena VOC menolak
bekerja sama dengan Mataram saat itu VOC sudah menguasai Batavia dan Batavia
merupakan daerah yang menghubungkan jalur perdagangan antara Mataram dan Malaka
sehingga Mataram terlebih dahulu mengajukan kerja sama karaena melihat VOC yang
juga kuat saat melaukan perebutan Jayakarta, yang kemudian menjadikan Jayakarta
sebagi kantor pusat VOC.
Penolakan VOC
terhadap kerjasama yang diajukan Mataram tersebut mengakibatkan Sultan Agung menyatakan perang
terhadap VOC di Batavia. Sultan Agung melakukan dua kali penyerangan ke Batavia
namun keduanya gagal. Dimana pada penyerangan yang kedua yang dilakukan pada
tahun 1629 menjadi boomerang untuk
kesultanan Mataram yang selain mengakibatkan pertahanan Mataram yang melemah
karena kelaparan dan kelelahan yang diakibatkan diserangnya suplai makanan oleh
VOC. Dan, Terjadi pemberontakan di Mataram dimana terdapat beberapa daerah di
bawah kekuasaan Marartam ingin membebaskan diri dari Mataram.
DAFTAR PUSTAKA
Graaf. 2002. Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung. Jakarta:
Pusakan Utama Grafiti.
Gustaman, Faisal Ardi. 2017. Buku Babon Kerajaan-Kerajaan Nusantara.
Yogyakarta: Briliant Books kelompok penrbit CV Briliant
Hall. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional.
Poeponegoro, Marwati Djoened. 2008.
Sejarah Nasional Indonesia, Jilid
III. Jakarta: Balai Pustaka.
Poeponegoro, Marwati Djoened. 2010.
Sejarah Nasional Indonesia, Jilid IV.
Jakarta: Balai Pustaka.
Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.
Edisi ke 4. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Serambi. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta.
Soekirno, Ade. 1993. Cerita Rakyat Jawa Tengah: Pangeran Samber
Nyawa. Jakarta: Grasindo.
Sudarmanto.2007. Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan
Bangsa Indonesia. Jakarta:
Grasindo.
Web
https://docplayer.info/31912204-Bab-iv-perlawanan-sultan-agung-terhadap-voc-a-latar-belakang-perlawanan-sultan-agung-terhadap.html. Diakses pada tanggal 8 Mei 2019.

Kereuun Euyyy 👍
ردحذفإرسال تعليق