TRADISI PHUKET VEGETARIAN FESTIVAL THAILAND


Ditulis Oleh: Bayu Ari Prasetyo
(Mahasiswa Pendidikan Sejarah Angkatan 2017)

RINGKASAN

Phuket merupakan salah satu wilayah yang sangat terkenal di Thailand. Phuket memiliki daya tarik tersendiri didalamnya, dan juga menjadi primadona bagi para wisatawan mancanegara. Phuket adalah salah satu dari sekian banyak wilayah yang masuk rekomendasi untuk berlibur bagi para wisatawan, karena disana tidak hanya menawarkan ke-eksotisan pemandangan alamnya saja, tetapi Phuket juga memiliki sebuah tradisi yang tiap tahunnya selalu dinantikan kehadirannya, yaitu Phuket Vegetarian Festival.

Phuket Vegetarian Festival adalah sebuah perayaan yang dilakuakan warga phuket untuk tidak mengkonsumsi makanan dari daging atau makanan cepat saji yang asalnya dari bahan daging. Mereka melakukan ini mulai dari Sembilan dari hari pertama dari penanggalan Cina. Mereka yang melaksanakan tradisi ini percaya bahwa hal ini dapat membawa mereka kedalam ketentraman hati dan kesehatan fisik. Bersamaan dengan hal ini, mereka juga melakukan sebuah penghormatan kepada Sembilan Raja Dewa (Kiu Ong Lah).

Perayaan ini telah dilakukan selama 150 tahun lalu, dimana mereka telah melakukan ini turun – temurun. Selain melakukan puasa dalam memakan makanan dari bahan daging, mereka juga melakukan pawai di jalan – jalan kota Phuket. Mereka juga melakukan atraksi ekstrem. Mereka menusukan benda tajam ke pipi mereka. Orang – orang yang melakukan hal ekstrem ini dianggap sebagai titisan dewa yang turun ke bumi untuk menunjukan keajaiban mereka.

Tradisi yang telah berlangsung selama bertahun – tahun dan juga merupakan tradisi turun – menurun ini dianggap sakral oleh para tokoh atau tetua adat yang ada di Phuket merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan juga dijaga nilai luhurnya. Karena budaya yang sudah ada ini merupakan cirri khas yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Phuket itu sendiri. Tradisi yang bisa dikatakan ekstrem ini diharapkan oleh para wisatawan mancanegara agar selalu dijaga ke orisinalitasan dari tradisi Phuket Vegetarian Festival ini.



PENDAHULUAN

 

1.1.   Latar Belakang

Setiap daerah yang terdiri dari berbagai individu dan nantinya membentuk sebuah kelompok memiliki sebuah ciri khas atau kebudayaannya masing – masing dan nantinya setiap individu tersebut mewujudkan atau menghasilkan dalam bentuk ide – ide, gagasan – gagasan, value, norma – norma, aturan – aturan yang ada pada lingkungan masyarakat, dan suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, serta benda – benda hasil karya manusia (Koentjraningrat, 1990:186 – 187). Manifestasi kebudayaan yang ada pada lingkungan masyarakat itu juga terdapat pada sistem religi (keyakinan) yang ada pada setiap masyarakat, dan juga merupakan kenyataan hidup dari dalam diri masyarakat yang sifatnya tidak bisa dipisahkan atau dilepaskan dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Kebudayaan dan adat – istiadat yang dimiliki oleh masyarakat merupakan sebuah alat pengatur dan memberikan arahan kepada setiap tindakan yang dilakukan, karya, dan juga prilaku manusia – manusia itu sendiri yang nantinya akan menghasilkan sebuah kebudayaan benda – benda kebuda1yaan yang baik sifatnya tangible dan intangible. Kebudayaan yang ada pada masyarakat ini juga mempengaruhi pola – pola perbuatannya, bahkan juga cara berpikir dari setiap masyarakat yang ada di lingkungannya.


Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan budaya manusia penuh dengan simbol – simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia dipenuhi dengan warna dari simbolisme yatiu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikuti sebuah pola – pola yang mendasarkan diri pada simbol dan juga lambang. Simbol ini merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang terkandung sebuah makna yang nantinya dapat menjelaskan sebuah makna kebudayaan dari manusia. Menurut Geertz (2002), hal – hal yang erat kaitannya dengan symbol yang dikenal oleh masyarakat yang bersangkutan sehingga untuk mengetahui kebudayaan dari masyarakat dapat dilihat dari simbol yang mereka gunakan, dan maknanya harus dicari dalam fenomena budaya. Sehinngga untuk memahami sebuah makna yang terdapat didalam simbol, harus mengetahui terlebih dahulu mengenai pengetahuan dan juga pemahaman dari masyarakat mengenai simbol – simbol kebudayaan yang mereka wujudkan di dalam sebuah tingkah laku dan apa yang diperbuatnya.


Turner (Winangung, 1990: 9) berpendapat bahwa, simbol merupakan unit (bagian) terkecil dari sebuah tradisi yang mengandung tingkah laku tradisi yang bersifat khusus. Simbol tersebut adalah sebuah unit pokok dari sebuah struktur khusus dalam konteks ritual. Selain itu Turner juga menyatakan bahwa tindakan dari ritual itu banyak mengungkapkan simbol, yang berarti ritual merupakan ciri khas tersendiri dari adat istiadat yang ada dalam daerah itu. Maka symbol dewa ini mengibaratkan bahwa, diagungkannya mereka ini sebagai perlambang penjaga masyarakat atau wilayah. Simbol dewa disini merupakan perwujudan hal magis yang memang tidak akan pernah lepas dengan sebuah tradisi yang telah ada selama turun – temurun dari generasi ke generasi. Konsep dewa yang turun ke bumi mengibaratkan untuk melihat kondisi masyarakatnya yang telah menjalani kehidupan sehari – hari dan menunjukan eksistensi diri mereka (dewa) yang tak bisa dianggap remeh dan mengapa demikian, karena dewa ini ingin memberikan sebuah pesan bahwa tetaplah ingat akan keharmonisan dari tiap – tiap individu dan haruslah menghormati apa yang harus dihormati.


Dewa sebagai perlambang yang dihormati pun dapat terlihat dari beberapa hari sebelum acara tradisi ini dimulai. Para warga lokal ini diminta untuk selalu berkata baik dan bertutur prilaku yang sesuai dengan adab yang berlaku. Selain mereka ini dihimbau untuk tidak memakan makanan yang tidak mengandung unsur hewani karena hal ini merupakan sebuah penghormatan kapada setiap makhluk hidup yang ada di dunia. Selain yang hidup didunia ini adalah para manusia yang dianggap cipataan sempurna oleh tuhan, tapi dalam realitanya mereka hidup berdampingan juga dengan hewan yang juga merupakan sumber makanan mereka. Hal ini mungkin saja dilakukan untuk menjaga stabilitas ekosistem lingkungan dan juga menghormati mahkluk hidup lainnya karena kita mungkin juga bergantung pada mereka (hewan). Keseimbangan hidup yang dianut oleh para penganut agama taoisme ini merupakan bentuk upaya mereka untuk menyeimbangkan kehidupan dan keselarasan jiwa yang nanti pada akhirnya akan menghasilkan kebahagian hidup didunia dan akhirat.


Hidup bahagia yang dianggap merupakan tujuan ini juga menjadi ajang mereka untuk berlomba meraih keberkahan hidup tapi tentu saja tetap menjaga keseimbangan lingkungan sekitarnya. Upaya mencari ketentraman hidup ini harus diselaraskan dengn tujuan yang jelas yang akan mempermudah mereka mencapai kebutuhan batin dengan tetap mengindahkan keseimbangan yang ada. Bagi mereka kebahagian hidup itu terletak didalam batin manusia itu sendiri, maka dari itu mereka haruslah mencari didalam hati tiap – tiap individu. Usaha mencari materi yang memperkosa ketenangan batin tidak akan dapat memberikan ketenangan batin (Wiratmadja, 1978:46).


Pemikiran yang muncul mengenai naturalistik ini merupakan bagian dari cara berfilsafat orang – orang Taoisme. Mereka juga berpandangan bahwa dunia bumi dan langit serta seluruh jagat raya merupakan sebuah satu kesatuan unsur yang tidak dapat pisahkan dan memilki sifat kerja yang unik atau mereka biasa menganggap sebagai hukum alam. Hukum inilah yang kemudian para Taoisme ini jaga kelestariannya karena bila dilihat secara luas mereka ingin menjaga keselarasan hidup ini dengan menyatu dengan alam agar memperoleh kebahagian batin dan memperoleh ketenangan jiwa semasa hidup. Maka dari itu ada kaitannya dalam upacara mereka yaitu tidak memakan unsure hewani selama 9 hari lamanya ini mungkin saja dimaksudkan untuk selalu menjaga keselarasan alam raya agar tidak serta merta merusak lingkungan yang mereka tinggali ini. Terdapat juga kesinambungan dengan mereka untuk hidup sejawarnya:

Berendah hati dirimu maka semua akan teratasi, tundukanlah dirimu agar kamju menjadi lurus dan kosongkan dirimu dan kau akan jadi penuh. Milikilah meski sedikit, dan kau akan lebih beruntung, karena memiliki banyak akan membingungkan kamu sendiri (Krishna, 1998:88).

 

Keselarasan dan keseimbangan hidup yang dianut oleh orang – orang Taoisme ini merupakan sebuah manifestasi pemikiran yang memikirkan mengenai keutuhan alam dan juga keseimbangan hidup dan mereka menyelaraskan kebahagian batin ini juga dengan tradisi – tradisi karena sebagai perlambang dari budaya yang lahir dari kehidupan sehari hari.

1.2.   Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1.      Bagaimana geohistoris dari kota Phuket ?

2.      Apa itu Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand ?

3.      Bagaimana perkembangan Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand ?

1.3  Tujuan Penelitian

1.      Untuk mengetahui geohistoris dari kota Phuket

2.      Untuk mengetahui Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand

3.      Untuk mengetahui perkembangan Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand


LANDASAN TEORI/KAJIAN PUSTAKA

Landasan teori merupakan pisau analisis atau paradigm yang digunakan untuk mengupas masalah yang tersaji di dalam sebuah penelitian. Dalam hal ini landasan teori terkadang telah dikemukakan apa hasil yang diharapkan dari percobaan hipotesis yang diajukan. Hasil ini masih bersifat teoritik, berdasarkan anggapan – anggapan kemungkinan terbesar. (Hariwijaya & Triton, 2007, hlm. 48).

1.      Teori Agama dan Simbol

Menurut Ernest Cassier (1990: 41) Penggunaan simbol ini mempunyai peranan penting tersendiri dalam kehidupan sehari - hari dan dalam berbagai kegiatan keagamaan. Karena dengan simbol, sangat lah sulit untuk dipisahkan dari kehidupan sehari – hari manusia. Karena kegiatan dalam keagamaan atau keyakinan dalam sistem religius merupakan kenyataaan hidup manusia yang eksis dalam sepanjang sejarah manusia itu sendiri. Bahkan, manusia dalam segala tingkah lakunya atau kegitan yang dilakukannya banyak juga dipengaruhi oleh simbol – simbol sehingga manusia kadang disebut dengan sebutan “Animal Simbolicum” atau hewan yang bersimbol.

Penggunaan simbol ini juga biasa terlihat dalam tradisi – tradisi dan adat yang ada di kawasan Asia Tenggara. Penggunaaan symbol ini sangat erat sekali kaitannya dengan simbol magis dan kekuatan abstraknya ini merupakan perwujudan dunia dalam bentuk pancaran makna benda atau semacamnya. Daya magis yang ada dalam sebuah simbol dalam tradisi ini memiliki daya tarik yang kuat hingga mampu memikat ketertarikan siapapun untuk mempercayai, mengakui melestarikan atau mengubah persepsi hingga tingkah laku manusia dalam bersinggungan dengan hal yang sifatnya realitas. Daya magis yang dimiliki oleh simbol – simbol ini tidak hanya terletak dari kemampuannya mempresentasikan kenyataan, tetapi realitas ini juga direpresentasikan lewat penggunaan logika simbol (Fauzi, 2007:1)


Tindakan yang simbolis yang ada pada kasus tradisi Phuket Vegetarian Festival ini adalah adanya tradisi untuk tidak mengkonsumsi makanan yang berunsurkan hewani selama Sembilan hari lamanya serta melakukan kegiatan ekstrim dimana mereka menusukkan benda tajam ke bagian wajah mereka, mulai dari menusukkan pisau besar ke bagian pipi mereka atau jarum berukuran besar dan anggapan warga lokal phuket yang berketuruna tionghoa ini mereka yang melakukan hal tersebut adalah symbol dari titisan dari dewa – dewa yang menunjukan kebolehan mereka didepan khalayak umum.


Tetapi yang perlu digaris bawahi mengenai symbol dari kegiatan atau keterikatan tentang sistem religi, suatu hal yang sakral itu biasanya tidak melulu mengenai benda – benda yang konkret. Sesuatu yang sakral sifatnya akan dijadikan sebagai objek atau akan dijadikan sarana penyembahan dari upacara – upacara keagamaan dan akan dibadikan pada suatu ajaran kepercayaan. Dalam ajaran kepercayaan ini nantinya akan mengikat masyarakat yang mempercayai kepercayaan tertentu dan akan menjadi ada istiadat yang berkelanjutan untuk dilakukan sehingga akan muncul sebuah persepsi dari dalam masyarakat bahwa apabila mereka ingin memperoleh tujuan yang mereka ingin capai atau terhidar dari adanya suatu bencana dan malapetaka yang menghampiri maka mereka diharuskan melakukan ritual – ritual ini agar hal – hal negative yang telah disebutkan tadi itu jauh dari masyarakat dan tidak menimpa desa itu. Yang artinya semua unsure yang dilaksanakan dan diwujudkan dalam segala aktivitas dalam ibadah nantinya akan bercorak simbolis (Sumandiyo, 2006:31).

2.      Taosime

Taosime merupakan sebuah ajaran yang berkembang di Negara Cina sekiatarana abad ke – 6 SM yang berkembang pada awalnya di Kerajaan Chou yang tengah mengalami keterpurukan pada masa itu. Banyak hal yang membuat para cendikiawan yang merasa kecewa pada masa – masa itu dan memutuskan untuk berpergian jauh dan para pemuka agama mendirikan ajaran baru yang disebut dengan Taoisme atau Tao te Chia (Lasiyo,1994: 3 – 4).

Ajaran taoisme merupakan sebuah pedoman bagaimana cara kita harus menyikapi luasnya dunia dengan sewajarnya. Kedamaian dan ketenangan jiwa merupakan hal ingin disampaikan oleh falsafah hidup orang – orang yang menganut aliran ini. Mereka menganggap bahwa kebahagian hidup ini bukan datang dari duniawi semata, maka dari itu para penganut aliran ini akan selalu mempertanyakan mengenai seberapa takaran yang pas akan kehidupan duniawi itu. Kebahagian dunia menurut mereka bukanlah tujuan akhir yang harus dicapai dan didamba – dambakan. Begitulah yang mereka anut selama ini bahwa keselarasan hidup itu harus lah seimbang dengan ekosistem sekitar.


Kaitannya dengan tradisi ini adalah dapat dilihat dari kegiatan mereka dalam berpuasa untuk tidak memakan makanan yang berunsur hewani. Bila di interpretasikan bahwa para penganut Taoisme ini selain menjalankan ajaran – ajaran yang yang ada mereka juga menjaga keselarasan hidup dengan menyeimbangkan ekosistem sekitar dan tidak berlebihan dalam hidup. Arak- arakan yang ada tentu saja itu berbeda karena hal tersebut kedalam symbol religious dan tidak ada kaitannya dengan falsafah hidup para penganut Taoisme. Serta beberapa hari dalam pelaksanaan tradisi ini, mereka juga diharuskan untuk selalu menjaga perilaku mereka di lingkungan mereka tinggal dan selalu bertutur kata baik dan mendekatkan diri kepada yang kuasa.


PEMBAHASAN

 

2.1  Geohistoris Kota Phuket

Phuket merupakan bagian dari wilayah Negara Thailand. Phuket ini juga merupakan tempat tujuan para wisatawan untuk mencari hiburan dan melepas penat. Phuket berada dibagian selatan wilayah Negara Thailand, jarak dari phuket ke pusat kota Thailand Bangkok sekitar 862 km. Luas wilayah dari Phuket itu berkisar 543 km persegi. Bahkan bisa lebih lebar dari perkiraan tadi apabila wilayah yang berbentuk pulau – pulau kecil dihitung dalam luas wilayah. Phuket sendiri berada pada iklim tropis yang berada di semenanjung barat dari Laut Andaman. Disini memiliki 2 musim yaitu musim panas dan juga penghujan. Para wiasatawan akan lebih memilih dating disekitaran bulan November dan juga Februari karena di Phuket disektaran bualn – bulan itu sedang dalam kondisi bagus untuk berlibur.


Alur sejarah yang panjang membuat pulau ini menjadi dambaan setiap pelancong internasional serta membentuk beragam kelompok etnik yang berasal dari beberapa suku dan juga keberagaman inilah menjadi ciri provinsi Phuket. Serta bercampurnya budaya dan juga aspek lain seperti arsitektur dan juga yang lainnya, bahkan terdapat kaum muslim yang hidup berdampingan dengan orang phuket yang beragama budha dan lainnya. Penduduk asli dari pulau ini biasa menyebut tempat ini dengan nama Cha Lang  dari kata Tha Lang, nama dari kota yang paling utama berkembang di utara pulau. Phuket dahulunya juga merupakan tempat bersandarnya para pedagang – pedagang dari berbagai penjuru dunia. Mulai dari para pedagang India yang membawa kain – kainan atau sutra yang diperjual belikan, lalu pedagang dari Persia yang membawa obat – obatan racikan mereka, lalu juga ada pedagang dari Cina yang membawa koin – koin emas mereka serta benda – benda hias yang diukir oleh mereka serta menjadi alat tukar yang cukup kuat, pedagang dari Indonesia juga melakukan perjalanan ke sana dengan membawa rempah – rempah sebagai nilai tukar yang cukup sepadan. Selain sebagai kota sandaran untuk mereka para bangsa yang ingin menjalin hubungan dagang seperti bangsa Eropa dan Asia, Phuket memiliki daya tariknya tersendiri untuk beberapa orang. Mengapa demikian, dikarenakan beberapa orang untuk bekerja di bidang pertambangan. Karena di Phuket sendiri dahulunya sangat terkenal dengan penghasil timah yang cukup sepadan untuk menghidupi kehidupan sehari – hari warganya.


Dahulunya kota ini pernah dikepung oleh para serdadu dari wilayah Burma disepanjang pantai utara sekitaran tahun 1785. Namun serangan dari serdadu tersebut mampu diredam. Dibawah pimpinan dari Chan, seorang janda  dari pimpinan wilayah dan juga dibantu oleh saudara perempuannya yang bernama Muk. Mereka berdua perlu usaha yang cukup besar untuk memerangi serdadu dari Burma ini, mereka memerlukan warga lokal untuk ikut bergabung dan bersatu untuk mempertahankan kota Tha Lang ini. 30 hari lamanya untuk Chan dan Muk untuk mempertahankan wilayah Kota Tha Lang dari serangan para Serdadu Burma dan hingga pada akhirnya mampu diusir dari wilayah Phuket. Berkat jasa mereka Phuket berhasil mempertahankan kedaulatan wilayahnya dan terbebas dari serangan bala tentara Burma dan berkat hal heroic tersebut keduanya diberikan penghargaan sebagai bentuk penghormatan atas jasa mereka mempersatukan warga dalam mempertahankan wilayah Phuket. Dibangunkanlah sebuah monument bagi mereka berdua di Tha Rea Intersection, yang jaraknya kurang leibh 12 km dari utara kota Phuket, petilasan ini yang dibuat pada tahun 1966.


Bagaimana juga kurang lebih 24 tahun setelahnya, serdadu dari Burma berhasil menguasasi kota Tha Lang, yang mana dampak dari invasi ini para warga lokal kota Tha Lang melarikan diri untuk keselamatan diri mereka dan keluarganya. Mereka pergi ke kota Phang Nga dan juga kota Krabi. Sekitar tahun 1800 – an mereka (penduduk lokal phuket) memberanikan diri kembali untuk membangun kota yang baru dan juga membangun masyarakat yang bergerak dibidang pertanian, khususnya padi. Disisi lain wilayah Phuket, beberapa wilayahnya dibangun untuk menjadi sector pertambangan yang nantinya juga sebegai penggerak roda ekonomi, mereka menambang timah diwilayah bagian selatan kota Phuket. Namun pertambangan timah yang digarap oleh orang – orang di Phuket tidak berjalan mulus, mereka mengalami kegagalan dalam perkembangannya. Bagaimanapun Provinsi Phuket masih memiliki keindahan alamnya yang mampu menjadi daya tarik bagi pelancong asing untuk berlibur. Dan keindahan alam dan tradisi disana terbutkti masuk dalam jajaran destinasi yang paling di rekomendasikan oleh setiap orang.

2.2  Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand

Phuket Vegetarian Festival merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi yang ada di Negara Thailand. Festival ini merupakan salah satu festival tahunan yang selalu dirayakan atau disemarakkan di kota Phuket. Festival ini meruapakan salah satu daya tarik favorit di kota Phuket, karena kehadirannya selalu ditunggu oleh banyak orang. Tua muda ikut terlibat dalam perayaan besar orang tionghoa ini. Tradisi ini biasanya akan dimulai kisaran akhir bulan September sampai awal bulan Oktober. Festival ini juga melibatkan semua elemen masyarakat, dari berbagai klenteng akan mengikuti setiap rangkaian acara tahunan ini dan akan dilakukan arak – arakan di sepanjang kota Phuket. Namun yang menarik dari arak – arakan ini adalah, peserta dari acara tahunan ini akan menusukkan benda – benda tajam ke beberapa bagian wajahnya. Warga setempat mempercayai bahwa mereka itu adalah titisan dewa yang tengah menunjukan kehebatannya dengan cara menusukkan benda tajam ke bagian wajah mereka. Setiap tetes darah yang jatuh dipercaya mampu membersihkan tiap dosanya (Rizkia, 2018:5)


Menurut Chaopreeca (2018: 1), sekitar awal abad ke – 19, datanglah imigran dari Cina dan pindah ke Phuket, sebuah provinsi yang ada di bagian selatan Negara Thailand. Mereka tidak hanya datang untuk berpindah tempat, namun mereka juga membawa praktik – praktik budaya asli Cina dan agama Tradisional mereka ke kota Phuket. Sebagian besar dari penduduk yang ada di Phuket merupakan penduduk dari provinsi Fujian yang ada di Cina, mereka bermigrasi ke kota Phuket. Mereka tidak hanya mencari tempat untuk berpindah tempat, namun mereka ingin memulai sebuah penghidupan baru, memulai bisnis. Sebagian dari mereka bekerja sebagai buruh penambang timah. Mereka juga membangun sebuah komunitas di dekat – dekat tempat kerja mereka, terutama di dekat pertambangan timah dan bisnis – bisnis yang ada di wilayah pesisir. Selain itu komunitas ini membangun sebuah kuil itu untuk etnis mereka, sebagai tempat peribadatan mereka nantinya. Selain itu, mereka juga percaya bahwa menyembah para dewa – dewa mampu menghindari mereka dari mara bahaya dan insiden yang dapat mencelakakan mereka di kemudian hari. Selain itu, disepanjang tahun biasanya mereka akan mengadakan beberapa festival biasanya di musim semi, festival pada bulan kelima penanggalan Cina, dan juga di pertengahan musim gugur dan semacamnya (Couglin, 2012:106).

Para imigran ini mulai melanjutkan kegiatan kelompoknya sebagai satu kesatuan masyarakat Cina. Warga Cina yang berpindah – pindah ini selain mencari penghidupan yang layak, mereka mencari perlindungan pada pejabat – pejabat lokal yang ada di Phuket. Selain itu mereka tidak hanya berpindah ke Phuket namun mereka juga bermigrasi dari Provinsi Fujian ke kota Penang yang ada di Malaysia. Pejabat – pejabat lokal yang ada di Phuket juga memberikan perlindungan dan juga tempat bagi beberapa imigran yang bermigrasi dari Cina. Melihat dari keberagaman ini pejabat lokal Phuket menjadi beberapa komunitas ini menjadi satu kesatuan, karena mereka semua ini datang dari berbagai budaya dan menyatukan mereka menjadi satu kesatuan. Sebelumnya sekitar 200 tahun lalu, Phuket hanyalah pulau yang penuh dengan bebatuan dan juga pohon dengan batang yang besar. Seiring berkembangnya jaman, para imigran ini berinisiatif dalam membangun perekonomian kota Phuket. Banyak dari mereka yang bekerja menjadi buruh pekerja di pertambangan timah.


Festival Phuket Vegetarian Festival ini merupakan bagian dari kebudayaan yang dirayakan dan dibawa langsung oleh warga Cina dari Fujian. Berlangsungnya festival Phuket Vegetarian Festival ini merupakan tanda dari dimulainya awal bulan Taoist Lent, yang dimana para pengikut dari ajaran Tao akan berpuasa untuk memakan makanan dari unsur hewani atau produk dari daging selama 9 hari lamanya. Festival Phuket Vegetarian ini dimulai dengan sebuah prosesi – prosesi sesuai ajaran Taoisme.  Lalu setelah menyelesaikan prosesi – prosesi tersebut, berlanjut dengan persembahan – sembahan keagamaan. Sesembahan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap dewa – dewa yang ada dan meminta izin untuk kelancaran Tradisi besar ini. Lalu dilanjutkan dengan prosesi dengan kegiatan yang cukup ekstrim yaitu, menusukkan benda tajam kebagian wajah mereka (peserta) dan hal ini bersifat pengorbanan dan penyiksaan diri. Selain itu mereka juga berjalan diatas bara panas dan juga memanjat sebuah  tangga yang terbuat dari pisau yang sangat tajam. Para peserta ini, merupakan medium untuk mengundang datangnya Dewa Tao untuk datang pada Tradisi Phuket Vegetarian Festival (Rizkia, 2018:5).

2.3  Perkembangan Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand

Perlu diketahui, bahwa Phuket merupakan destinasi wisata paling favorit di Thailand, terlebih keindahan dari pulaunya maka dari itu struktur perkonomian yang ada di Phuket sebagian besar berasal dari industry pariwisata yang ada. Jumlah wisatawan yang ada sudah pasti selalu melonajk, karena Phuket menjadi destinasi wisata yang sangat direkomendasikan oleh para pelancong asing. Pemasukkan yang ada sangatlah besar melihat antusiasme orang – orang asing ini untuk berlibur. Seiring dengan berkembangnya kota Phuket menjadi destinasi wisata, perlu diperhatikan bahwa dampak dari degradasi lingkungan tentu pasti akan muncul dan menjadi problematika baru bagi mereka. Meuncul lah kebutuhan baru untuk mengelola dan melindungi situs wisata alam serta menajaga kelestarian situs bersejarah yang sudah ada. Maka dari itu, wisata budaya menjadi sebuah alternative yang sepadan untuk menarik minat wisatawan, dimana mereka menawarkan keindahan tradisi – tradisi lokal. Maka dari itu, sejak tahun 1990 – an, organisasi pemerintah mulai mendukung tempat – tempat suci dalam menyelenggarakan tradisi – tradisi lokal, macam Festival Phuket Vegetarian ini sebagai acara wisata. Maka dari itu, dipupuk lah hubungan kerjasama antara pemerintah dan juga kuil dibangun (Chaopreeca, 2018:5).


Festival Vegetarian ini awalnya diadakan sekitar tahun 1825 atau 180 tahun yang lalu. Festival ini bisa dibilang sangatlah tua, karena bertahan seiring dengan dinamisnya jaman saat ini. Selama tahun 1990-an, organisasi pemerintahan yang bergerak dibidang pariwisata membantu untuk meningkatkan promosi tradisi – tradisi lokal seperti ini. Dibentuklah sebuah lembaga Kebudayaan di Phuket untuk menaungi tradisi – tradisi dan budaya lokal yang ada di sana dan juga untuk memastikan kelestarian dari hal – hal yang telah disebutkan tadi. Perlu diketahui, mereka yang menjadi bagian dalam tradisi ini adlah orang – orang yang bekerja dengan sukarela dan terkadang pemasukkan untuk ke kuil masih berupa sumbangan dan mereka terdaftar sebagai yayasan filantropi. Maka dari itu para pengurus kuil juga mulai menyadari, bahwa kegiatan – kegiatan semacam ini apabila tidak melibatkan masyarakat yang ada disekitar maka kuil sendiri akan kehilangan maknanya sebagai tempat keagamaan. Dengan demikian juga, panitia yang mengarahkan Festival Vegetarian ini harus ditunjuk tiap tahunnyauntuk melakukan acara selama 9 hari lamanya dan bekerja secara sukarelawan untuk berbagai tugas mulai dari berjalan diatas altar utama, memasak makanan untuk vegetarian nanti, dan mengadakan upacara – upacara keagamaan.

Perlu diketahui bahwa bahwa ditingkat nasional, praktik – praktik budaya lokal semacam Phuket Vegetarian Festival menjadi popular berkat berbagai pihak. Kosep tradisi secara tdak langsung telah menyebar luas di taraf Nasional dan menarik perhatin masyarakat Thailand, dipusat kota – kota khususnya. Konsep yang dibawa seperti berpuasa untuk tidak mengkonsumsi produk dari daging telah menjadi daya tarik tersendiri. Perkembangan – perkembangan yang terjadi merupakan bentuk dari adaptasi budaya dan tradisi itu sendiri. Karena bagaimanapun tradisi yang sudah melekat dengan ajaran Tao ini, mendapat tersendiri di beberapa orang. Melihat Tradisi yang berjalan tiap tahunnya, merupakan manifestasi budaya yang ada dari kota Phuket. Praktik yang dari kota asalnya di Cina ini mampu menjadikan Phuket kota yang kental dengan budaya Cinanya. Karena memang sebagian masyarakat yang ada di sana merupakan imigran yang datang dari kota Fujian. Praktik – praktik dan ajaran yang mereka mulai mengadaptasikan diri dengan warga – warga lokal yang ada di Phuket. Keragaman inilah yang juga menjadi kokohnya nilai budaya dari Thailand itu sendiri.


PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

Phuket merupakan kota yang menjadi destinasi wisata di Negara Thailand dan salah satu pulau terindah yang ada di Dunia. Phuket sendiri adalah kota yang memiliki sejarah yang cukup panjang untuk diuraikan, dan juga sangat kompleks untuk dibahas. Berawal dari imigran Cina yang berpindah tempat dari kota Fujian ke kota bagian selatan yang ada di Thailand, Phuket. Dahulunya kota Tha Lang adalah pusat dari etnis tionghoa disana. Karena menjadi tempat berlindungnya para etnis tionghoa setelah terjadinya kekacauan yang ada di Fujian. Mereka berharap mendapat perlindungan oleh pejabat – pejabat lokal yang ada disana dan juga memulai hidup yang baru dengan komunitasnya.

Tradisi yang ada di sana termasuk juga Phuket Vegetarian Festival, merupakan salah satu bagian dari praktik – praktik yang diajarkan oleh para tokoh Taoisme yang ada di Cina. Mereka melakukan puasa selama 9 hari lamanya dengan tidak mengkonsumsi produk – produk yang terbuat dari daging apapun itu jenisnya. Mereka melakukan prosesi ini sebagai bentuk simbolisme dan juga tradisi yang berlaku di Phuket. Selain itu berpuasa dalam mengkonsumsi makanan dalam produk daging, mereka juga diharuskan untuk selalu menjaga perbuatan mereka dan tutur kata yang baik. Hal ini tentu saja senada dengan ajaran agama – agama yang lain yaitu mengajarkan suatu yang benar bukan kebatilan.

Mereka yang menjadi peserta sebagian besar adalah warga – warga lokal yang ada di Phuket dan sifatnya sukarelawan. Para penggiat budaya di Thailand sangatlah berperan besar dalam tradisi lokal ini. Karena dampaknya sangatlah terasa bagi para penduduk lokal yang bergerak dibidang usaha dan jasa pariwisata. Terbukti melonjak drastis para pelancong asing yang datang ke Phuket dan menjadikan kota ini sebagai tempat mereka kembali untuk berlibur.



DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU:

Cassier, Ernest. 1990. Manusia dan Kebudayaan Terjemahan Alois A. Nugroho. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama

 

Coughlin, R. J. 2012. Double Identity: The Chinese in Modern Thailand. Bangkok: White Lotus Co., Ltd.

 

Fauzi, Fahri. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol, Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Juxtapos

 

Geertz, Cliford. 2002. Hayat dan Karya: Antropologi sebagai Penulis dan Pengarang. Yogyakarta: LKIS

 

Hariwijaya & Triton. 2005. Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Tugu Publisher

 

Koentjraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Djambata

 

Krishna, Anand. 1998. Mengikuti Irama Kehidupan Tao Te Ching bagi Orang Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

 

Lasiyo. 1994. Seri Filsafat Cina, Taoisme. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM

Winangung, Y.W. Wartaya. 1990. Masyarakat Bebas Struktur Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor Turner. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

 

Wiratmadja, Adia. 1978. Sekilas Filsafat Cina. Yogyakarta: Liberty

 

Y. Sumandiyo Hadi. 2006. Seni dalam Ritual Agama.Yogyakarta: Penerbit Buku Pustaka

TESIS:

Chaopreecha Jakraphan. 2018. Revitalization of Tradition through Social Media: A Case of the Vegetarian Festival in Phuket, Thailand. International Development and Cooperation of Hiroshima University

 

MAKALAH:

Rizkia. 2018. Esksistensi Budaya Menjadi salah satu Daya Tarik Wisata di Thailand. Laporan Foreign Case Study. Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta

 


SUMBER INTERNET:

https://thailand.panduanwisata.id/2009/10/08/provinsi-phuket/ (diakses pada tanggal Rabu, 12 Februari 2020 pukul 21.34 WIB

 

https://panduanwisata.id/2012/04/19/lahirnya-tradisi-phuket-vegetarian-festival/ (diakses pada tanggal 12 Februari 2020 pukul 21.34 WIB)

 

https://tripadvisor.co.id/ShowUserReviews-g23158-d5995325-r660247708-Old_Phuket_Town-Talat_Yai_Phuket_Town_Phuket.html (diakses pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 13.17 WIB)

 

https://m.liputan6.com/citizen6/read/3680096/super-ekstrem-festival-vegetarian-di-thailand-bikin-merinding (diakses pada tanggal 1 Maret 2020 pada pukul 20.27 WIB)



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama