RINGKASAN
Phuket
merupakan salah satu wilayah yang sangat terkenal di Thailand. Phuket memiliki
daya tarik tersendiri didalamnya, dan juga menjadi primadona bagi para
wisatawan mancanegara. Phuket adalah salah satu dari sekian banyak wilayah yang
masuk rekomendasi untuk berlibur bagi para wisatawan, karena disana tidak hanya
menawarkan ke-eksotisan pemandangan alamnya saja, tetapi Phuket juga memiliki
sebuah tradisi yang tiap tahunnya selalu dinantikan kehadirannya, yaitu Phuket
Vegetarian Festival.
Phuket
Vegetarian Festival adalah sebuah perayaan yang dilakuakan warga phuket untuk
tidak mengkonsumsi makanan dari daging atau makanan cepat saji yang asalnya
dari bahan daging. Mereka melakukan ini mulai dari Sembilan dari hari pertama
dari penanggalan Cina. Mereka yang melaksanakan tradisi ini percaya bahwa hal
ini dapat membawa mereka kedalam ketentraman hati dan kesehatan fisik.
Bersamaan dengan hal ini, mereka juga melakukan sebuah penghormatan kepada
Sembilan Raja Dewa (Kiu Ong Lah).
Perayaan
ini telah dilakukan selama 150 tahun lalu, dimana mereka telah melakukan ini
turun – temurun. Selain melakukan puasa dalam memakan makanan dari bahan
daging, mereka juga melakukan pawai di jalan – jalan kota Phuket. Mereka juga
melakukan atraksi ekstrem. Mereka menusukan benda tajam ke pipi mereka. Orang –
orang yang melakukan hal ekstrem ini dianggap sebagai titisan dewa yang turun
ke bumi untuk menunjukan keajaiban mereka.
Tradisi
yang telah berlangsung selama bertahun – tahun dan juga merupakan tradisi turun
– menurun ini dianggap sakral oleh para tokoh atau tetua adat yang ada di
Phuket merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan juga dijaga nilai
luhurnya. Karena budaya yang sudah ada ini merupakan cirri khas yang menjadi
daya tarik tersendiri bagi Phuket itu sendiri. Tradisi yang bisa dikatakan
ekstrem ini diharapkan oleh para wisatawan mancanegara agar selalu dijaga ke
orisinalitasan dari tradisi Phuket Vegetarian Festival ini.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Setiap daerah yang terdiri dari berbagai
individu dan nantinya membentuk sebuah kelompok memiliki sebuah ciri khas atau
kebudayaannya masing – masing dan nantinya setiap individu tersebut mewujudkan
atau menghasilkan dalam bentuk ide – ide, gagasan – gagasan, value, norma – norma, aturan – aturan
yang ada pada lingkungan masyarakat, dan suatu kompleks aktivitas serta
tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, serta benda – benda hasil
karya manusia (Koentjraningrat, 1990:186 – 187). Manifestasi kebudayaan yang
ada pada lingkungan masyarakat itu juga terdapat pada sistem religi (keyakinan)
yang ada pada setiap masyarakat, dan juga merupakan kenyataan hidup dari dalam
diri masyarakat yang sifatnya tidak bisa dipisahkan atau dilepaskan dari dalam
diri masyarakat itu sendiri. Kebudayaan dan adat – istiadat yang dimiliki oleh
masyarakat merupakan sebuah alat pengatur dan memberikan arahan kepada setiap
tindakan yang dilakukan, karya, dan juga prilaku manusia – manusia itu sendiri
yang nantinya akan menghasilkan sebuah kebudayaan benda – benda kebuda1yaan
yang baik sifatnya tangible dan intangible. Kebudayaan yang ada pada
masyarakat ini juga mempengaruhi pola – pola perbuatannya, bahkan juga cara
berpikir dari setiap masyarakat yang ada di lingkungannya.
Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan
budaya manusia penuh dengan simbol – simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa
budaya manusia dipenuhi dengan warna dari simbolisme yatiu suatu tata pemikiran
atau paham yang menekankan atau mengikuti sebuah pola – pola yang mendasarkan
diri pada simbol dan juga lambang. Simbol ini merupakan salah satu bentuk
kebudayaan yang terkandung sebuah makna yang nantinya dapat menjelaskan sebuah
makna kebudayaan dari manusia. Menurut Geertz
(2002), hal – hal yang erat kaitannya dengan symbol yang dikenal oleh
masyarakat yang bersangkutan sehingga untuk mengetahui kebudayaan dari
masyarakat dapat dilihat dari simbol yang mereka gunakan, dan maknanya harus
dicari dalam fenomena budaya. Sehinngga untuk memahami sebuah makna yang
terdapat didalam simbol, harus mengetahui terlebih dahulu mengenai pengetahuan
dan juga pemahaman dari masyarakat mengenai simbol – simbol kebudayaan yang
mereka wujudkan di dalam sebuah tingkah laku dan apa yang diperbuatnya.
Turner (Winangung, 1990: 9) berpendapat bahwa,
simbol merupakan unit (bagian) terkecil dari sebuah tradisi yang mengandung
tingkah laku tradisi yang bersifat khusus. Simbol tersebut adalah sebuah unit
pokok dari sebuah struktur khusus dalam konteks ritual. Selain itu Turner juga
menyatakan bahwa tindakan dari ritual itu banyak mengungkapkan simbol, yang
berarti ritual merupakan ciri khas tersendiri dari adat istiadat yang ada dalam
daerah itu. Maka symbol dewa ini mengibaratkan bahwa, diagungkannya mereka ini
sebagai perlambang penjaga masyarakat atau wilayah. Simbol dewa disini
merupakan perwujudan hal magis yang memang tidak akan pernah lepas dengan
sebuah tradisi yang telah ada selama turun – temurun dari generasi ke generasi.
Konsep dewa yang turun ke bumi mengibaratkan untuk melihat kondisi
masyarakatnya yang telah menjalani kehidupan sehari – hari dan menunjukan
eksistensi diri mereka (dewa) yang tak bisa dianggap remeh dan mengapa
demikian, karena dewa ini ingin memberikan sebuah pesan bahwa tetaplah ingat
akan keharmonisan dari tiap – tiap individu dan haruslah menghormati apa yang
harus dihormati.
Dewa
sebagai perlambang yang dihormati pun dapat terlihat dari beberapa hari sebelum
acara tradisi ini dimulai. Para warga lokal ini diminta untuk selalu berkata
baik dan bertutur prilaku yang sesuai dengan adab yang berlaku. Selain mereka
ini dihimbau untuk tidak memakan makanan yang tidak mengandung unsur hewani
karena hal ini merupakan sebuah penghormatan kapada setiap makhluk hidup yang
ada di dunia. Selain yang hidup didunia ini adalah para manusia yang dianggap
cipataan sempurna oleh tuhan, tapi dalam realitanya mereka hidup berdampingan
juga dengan hewan yang juga merupakan sumber makanan mereka. Hal ini mungkin
saja dilakukan untuk menjaga stabilitas ekosistem lingkungan dan juga
menghormati mahkluk hidup lainnya karena kita mungkin juga bergantung pada
mereka (hewan). Keseimbangan hidup yang dianut oleh para penganut agama taoisme
ini merupakan bentuk upaya mereka untuk menyeimbangkan kehidupan dan
keselarasan jiwa yang nanti pada akhirnya akan menghasilkan kebahagian hidup
didunia dan akhirat.
Hidup bahagia yang dianggap merupakan tujuan
ini juga menjadi ajang mereka untuk berlomba meraih keberkahan hidup tapi tentu
saja tetap menjaga keseimbangan lingkungan sekitarnya. Upaya mencari
ketentraman hidup ini harus diselaraskan dengn tujuan yang jelas yang akan
mempermudah mereka mencapai kebutuhan batin dengan tetap mengindahkan
keseimbangan yang ada. Bagi mereka kebahagian hidup itu terletak didalam batin
manusia itu sendiri, maka dari itu mereka haruslah mencari didalam hati tiap –
tiap individu. Usaha mencari materi yang memperkosa ketenangan batin tidak akan
dapat memberikan ketenangan batin (Wiratmadja, 1978:46).
Pemikiran
yang muncul mengenai naturalistik ini merupakan bagian dari cara berfilsafat
orang – orang Taoisme. Mereka juga berpandangan bahwa dunia bumi dan langit
serta seluruh jagat raya merupakan sebuah satu kesatuan unsur yang tidak dapat
pisahkan dan memilki sifat kerja yang unik atau mereka biasa menganggap sebagai
hukum alam. Hukum inilah yang kemudian para Taoisme ini jaga kelestariannya
karena bila dilihat secara luas mereka ingin menjaga keselarasan hidup ini dengan
menyatu dengan alam agar memperoleh kebahagian batin dan memperoleh ketenangan
jiwa semasa hidup. Maka dari itu ada kaitannya dalam upacara mereka yaitu tidak
memakan unsure hewani selama 9 hari lamanya ini mungkin saja dimaksudkan untuk
selalu menjaga keselarasan alam raya agar tidak serta merta merusak lingkungan
yang mereka tinggali ini. Terdapat juga kesinambungan dengan mereka untuk hidup
sejawarnya:
Berendah hati dirimu maka semua akan
teratasi, tundukanlah dirimu agar kamju menjadi lurus dan kosongkan dirimu dan
kau akan jadi penuh. Milikilah meski sedikit, dan kau akan lebih beruntung,
karena memiliki banyak akan membingungkan kamu sendiri (Krishna, 1998:88).
Keselarasan dan keseimbangan hidup yang dianut
oleh orang – orang Taoisme ini merupakan sebuah manifestasi pemikiran yang
memikirkan mengenai keutuhan alam dan juga keseimbangan hidup dan mereka
menyelaraskan kebahagian batin ini juga dengan tradisi – tradisi karena sebagai
perlambang dari budaya yang lahir dari kehidupan sehari hari.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah
dijabarkan diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian ini sebagai
berikut:
1.
Bagaimana
geohistoris dari kota Phuket ?
2.
Apa itu
Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand ?
3.
Bagaimana
perkembangan Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand ?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.
Untuk
mengetahui geohistoris dari kota Phuket
2.
Untuk
mengetahui Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand
3.
Untuk
mengetahui perkembangan Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand
LANDASAN TEORI/KAJIAN PUSTAKA
Landasan teori merupakan pisau
analisis atau paradigm yang digunakan untuk mengupas masalah yang tersaji di
dalam sebuah penelitian. Dalam hal ini landasan teori terkadang telah
dikemukakan apa hasil yang diharapkan dari percobaan hipotesis yang diajukan.
Hasil ini masih bersifat teoritik, berdasarkan anggapan – anggapan kemungkinan
terbesar. (Hariwijaya & Triton, 2007, hlm. 48).
1.
Teori
Agama dan Simbol
Menurut
Ernest Cassier (1990: 41) Penggunaan simbol ini mempunyai peranan penting
tersendiri dalam kehidupan sehari - hari dan dalam berbagai kegiatan keagamaan.
Karena dengan simbol, sangat lah sulit untuk dipisahkan dari kehidupan sehari –
hari manusia. Karena kegiatan dalam keagamaan atau keyakinan dalam sistem
religius merupakan kenyataaan hidup manusia yang eksis dalam sepanjang sejarah
manusia itu sendiri. Bahkan, manusia dalam segala tingkah lakunya atau kegitan
yang dilakukannya banyak juga dipengaruhi oleh simbol – simbol sehingga manusia
kadang disebut dengan sebutan “Animal
Simbolicum” atau hewan yang bersimbol.
Penggunaan
simbol ini juga biasa terlihat dalam tradisi – tradisi dan adat yang ada di
kawasan Asia Tenggara. Penggunaaan symbol ini sangat erat sekali kaitannya
dengan simbol magis dan kekuatan abstraknya ini merupakan perwujudan dunia
dalam bentuk pancaran makna benda atau semacamnya. Daya magis yang ada dalam
sebuah simbol dalam tradisi ini memiliki daya tarik yang kuat hingga mampu
memikat ketertarikan siapapun untuk mempercayai, mengakui melestarikan atau
mengubah persepsi hingga tingkah laku manusia dalam bersinggungan dengan hal
yang sifatnya realitas. Daya magis yang dimiliki oleh simbol – simbol ini tidak
hanya terletak dari kemampuannya mempresentasikan kenyataan, tetapi realitas
ini juga direpresentasikan lewat penggunaan logika simbol (Fauzi, 2007:1)
Tindakan
yang simbolis yang ada pada kasus tradisi Phuket Vegetarian Festival ini adalah
adanya tradisi untuk tidak mengkonsumsi makanan yang berunsurkan hewani selama
Sembilan hari lamanya serta melakukan kegiatan ekstrim dimana mereka menusukkan
benda tajam ke bagian wajah mereka, mulai dari menusukkan pisau besar ke bagian
pipi mereka atau jarum berukuran besar dan anggapan warga lokal phuket yang
berketuruna tionghoa ini mereka yang melakukan hal tersebut adalah symbol dari
titisan dari dewa – dewa yang menunjukan kebolehan mereka didepan khalayak
umum.
Tetapi
yang perlu digaris bawahi mengenai symbol dari kegiatan atau keterikatan
tentang sistem religi, suatu hal yang sakral itu biasanya tidak melulu mengenai
benda – benda yang konkret. Sesuatu yang sakral sifatnya akan dijadikan sebagai
objek atau akan dijadikan sarana penyembahan dari upacara – upacara keagamaan
dan akan dibadikan pada suatu ajaran kepercayaan. Dalam ajaran kepercayaan ini
nantinya akan mengikat masyarakat yang mempercayai kepercayaan tertentu dan
akan menjadi ada istiadat yang berkelanjutan untuk dilakukan sehingga akan
muncul sebuah persepsi dari dalam masyarakat bahwa apabila mereka ingin
memperoleh tujuan yang mereka ingin capai atau terhidar dari adanya suatu
bencana dan malapetaka yang menghampiri maka mereka diharuskan melakukan ritual
– ritual ini agar hal – hal negative yang telah disebutkan tadi itu jauh dari
masyarakat dan tidak menimpa desa itu. Yang artinya semua unsure yang
dilaksanakan dan diwujudkan dalam segala aktivitas dalam ibadah nantinya akan
bercorak simbolis (Sumandiyo, 2006:31).
2.
Taosime
Taosime merupakan sebuah ajaran yang
berkembang di Negara Cina sekiatarana abad ke – 6 SM yang berkembang pada
awalnya di Kerajaan Chou yang tengah mengalami keterpurukan pada masa itu.
Banyak hal yang membuat para cendikiawan yang merasa kecewa pada masa – masa
itu dan memutuskan untuk berpergian jauh dan para pemuka agama mendirikan
ajaran baru yang disebut dengan Taoisme atau Tao te Chia (Lasiyo,1994: 3 – 4).
Ajaran
taoisme merupakan sebuah pedoman bagaimana cara kita harus menyikapi luasnya
dunia dengan sewajarnya. Kedamaian dan ketenangan jiwa merupakan hal ingin
disampaikan oleh falsafah hidup orang – orang yang menganut aliran ini. Mereka
menganggap bahwa kebahagian hidup ini bukan datang dari duniawi semata, maka
dari itu para penganut aliran ini akan selalu mempertanyakan mengenai seberapa
takaran yang pas akan kehidupan duniawi itu. Kebahagian dunia menurut mereka
bukanlah tujuan akhir yang harus dicapai dan didamba – dambakan. Begitulah yang
mereka anut selama ini bahwa keselarasan hidup itu harus lah seimbang dengan
ekosistem sekitar.
Kaitannya
dengan tradisi ini adalah dapat dilihat dari kegiatan mereka dalam berpuasa
untuk tidak memakan makanan yang berunsur hewani. Bila di interpretasikan bahwa
para penganut Taoisme ini selain menjalankan ajaran – ajaran yang yang ada
mereka juga menjaga keselarasan hidup dengan menyeimbangkan ekosistem sekitar
dan tidak berlebihan dalam hidup. Arak- arakan yang ada tentu saja itu berbeda
karena hal tersebut kedalam symbol religious dan tidak ada kaitannya dengan
falsafah hidup para penganut Taoisme. Serta beberapa hari dalam pelaksanaan
tradisi ini, mereka juga diharuskan untuk selalu menjaga perilaku mereka di
lingkungan mereka tinggal dan selalu bertutur kata baik dan mendekatkan diri
kepada yang kuasa.
PEMBAHASAN
2.1 Geohistoris
Kota Phuket
Phuket
merupakan bagian dari wilayah Negara Thailand. Phuket ini juga merupakan tempat
tujuan para wisatawan untuk mencari hiburan dan melepas penat. Phuket berada
dibagian selatan wilayah Negara Thailand, jarak dari phuket ke pusat kota
Thailand Bangkok sekitar 862 km. Luas wilayah dari Phuket itu berkisar 543 km
persegi. Bahkan bisa lebih lebar dari perkiraan tadi apabila wilayah yang
berbentuk pulau – pulau kecil dihitung dalam luas wilayah. Phuket sendiri
berada pada iklim tropis yang berada di semenanjung barat dari Laut Andaman.
Disini memiliki 2 musim yaitu musim panas dan juga penghujan. Para wiasatawan
akan lebih memilih dating disekitaran bulan November dan juga Februari karena
di Phuket disektaran bualn – bulan itu sedang dalam kondisi bagus untuk
berlibur.
Alur
sejarah yang panjang membuat pulau ini menjadi dambaan setiap pelancong
internasional serta membentuk beragam kelompok etnik yang berasal dari beberapa
suku dan juga keberagaman inilah menjadi ciri provinsi Phuket. Serta
bercampurnya budaya dan juga aspek lain seperti arsitektur dan juga yang
lainnya, bahkan terdapat kaum muslim yang hidup berdampingan dengan orang
phuket yang beragama budha dan lainnya. Penduduk asli dari pulau ini biasa
menyebut tempat ini dengan nama Cha Lang dari kata Tha
Lang, nama dari kota yang paling utama berkembang di utara pulau. Phuket
dahulunya juga merupakan tempat bersandarnya para pedagang – pedagang dari
berbagai penjuru dunia. Mulai dari para pedagang India yang membawa kain –
kainan atau sutra yang diperjual belikan, lalu pedagang dari Persia yang
membawa obat – obatan racikan mereka, lalu juga ada pedagang dari Cina yang membawa
koin – koin emas mereka serta benda – benda hias yang diukir oleh mereka serta
menjadi alat tukar yang cukup kuat, pedagang dari Indonesia juga melakukan
perjalanan ke sana dengan membawa rempah – rempah sebagai nilai tukar yang
cukup sepadan. Selain sebagai kota sandaran untuk mereka para bangsa yang ingin
menjalin hubungan dagang seperti bangsa Eropa dan Asia, Phuket memiliki daya
tariknya tersendiri untuk beberapa orang. Mengapa demikian, dikarenakan
beberapa orang untuk bekerja di bidang pertambangan. Karena di Phuket sendiri
dahulunya sangat terkenal dengan penghasil timah yang cukup sepadan untuk
menghidupi kehidupan sehari – hari warganya.
Dahulunya
kota ini pernah dikepung oleh para serdadu dari wilayah Burma disepanjang pantai
utara sekitaran tahun 1785. Namun serangan dari serdadu tersebut mampu diredam.
Dibawah pimpinan dari Chan, seorang janda
dari pimpinan wilayah dan juga dibantu oleh saudara perempuannya yang
bernama Muk. Mereka berdua perlu usaha yang cukup besar untuk memerangi serdadu
dari Burma ini, mereka memerlukan warga lokal untuk ikut bergabung dan bersatu
untuk mempertahankan kota Tha Lang ini. 30 hari lamanya untuk Chan dan Muk
untuk mempertahankan wilayah Kota Tha Lang dari serangan para Serdadu Burma dan
hingga pada akhirnya mampu diusir dari wilayah Phuket. Berkat jasa mereka
Phuket berhasil mempertahankan kedaulatan wilayahnya dan terbebas dari serangan
bala tentara Burma dan berkat hal heroic tersebut keduanya diberikan
penghargaan sebagai bentuk penghormatan atas jasa mereka mempersatukan warga
dalam mempertahankan wilayah Phuket. Dibangunkanlah sebuah monument bagi mereka
berdua di Tha Rea Intersection, yang jaraknya kurang leibh 12 km dari utara
kota Phuket, petilasan ini yang dibuat pada tahun 1966.
Bagaimana
juga kurang lebih 24 tahun setelahnya, serdadu dari Burma berhasil menguasasi
kota Tha Lang, yang mana dampak dari invasi ini para warga lokal kota Tha Lang
melarikan diri untuk keselamatan diri mereka dan keluarganya. Mereka pergi ke
kota Phang Nga dan juga kota Krabi. Sekitar tahun 1800 – an mereka (penduduk
lokal phuket) memberanikan diri kembali untuk membangun kota yang baru dan juga
membangun masyarakat yang bergerak dibidang pertanian, khususnya padi. Disisi
lain wilayah Phuket, beberapa wilayahnya dibangun untuk menjadi sector
pertambangan yang nantinya juga sebegai penggerak roda ekonomi, mereka
menambang timah diwilayah bagian selatan kota Phuket. Namun pertambangan timah
yang digarap oleh orang – orang di Phuket tidak berjalan mulus, mereka
mengalami kegagalan dalam perkembangannya. Bagaimanapun Provinsi Phuket masih
memiliki keindahan alamnya yang mampu menjadi daya tarik bagi pelancong asing
untuk berlibur. Dan keindahan alam dan tradisi disana terbutkti masuk dalam
jajaran destinasi yang paling di rekomendasikan oleh setiap orang.
2.2 Tradisi
Phuket Vegetarian Festival Thailand
Phuket
Vegetarian Festival merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi yang ada di
Negara Thailand. Festival ini merupakan salah satu festival tahunan yang selalu
dirayakan atau disemarakkan di kota Phuket. Festival ini meruapakan salah satu
daya tarik favorit di kota Phuket, karena kehadirannya selalu ditunggu oleh
banyak orang. Tua muda ikut terlibat dalam perayaan besar orang tionghoa ini.
Tradisi ini biasanya akan dimulai kisaran akhir bulan September sampai awal
bulan Oktober. Festival ini juga melibatkan semua elemen masyarakat, dari
berbagai klenteng akan mengikuti setiap rangkaian acara tahunan ini dan akan
dilakukan arak – arakan di sepanjang kota Phuket. Namun yang menarik dari arak
– arakan ini adalah, peserta dari acara tahunan ini akan menusukkan benda –
benda tajam ke beberapa bagian wajahnya. Warga setempat mempercayai bahwa
mereka itu adalah titisan dewa yang tengah menunjukan kehebatannya dengan cara
menusukkan benda tajam ke bagian wajah mereka. Setiap tetes darah yang jatuh
dipercaya mampu membersihkan tiap dosanya (Rizkia, 2018:5)
Menurut
Chaopreeca (2018: 1), sekitar awal abad ke – 19, datanglah imigran dari Cina
dan pindah ke Phuket, sebuah provinsi yang ada di bagian selatan Negara
Thailand. Mereka tidak hanya datang untuk berpindah tempat, namun mereka juga
membawa praktik – praktik budaya asli Cina dan agama Tradisional mereka ke kota
Phuket. Sebagian besar dari penduduk yang ada di Phuket merupakan penduduk dari
provinsi Fujian yang ada di Cina, mereka bermigrasi ke kota Phuket. Mereka
tidak hanya mencari tempat untuk berpindah tempat, namun mereka ingin memulai
sebuah penghidupan baru, memulai bisnis. Sebagian dari mereka bekerja sebagai
buruh penambang timah. Mereka juga membangun sebuah komunitas di dekat – dekat
tempat kerja mereka, terutama di dekat pertambangan timah dan bisnis – bisnis
yang ada di wilayah pesisir. Selain itu komunitas ini membangun sebuah kuil itu
untuk etnis mereka, sebagai tempat peribadatan mereka nantinya. Selain itu,
mereka juga percaya bahwa menyembah para dewa – dewa mampu menghindari mereka
dari mara bahaya dan insiden yang dapat mencelakakan mereka di kemudian hari.
Selain itu, disepanjang tahun biasanya mereka akan mengadakan beberapa festival
biasanya di musim semi, festival pada bulan kelima penanggalan Cina, dan juga
di pertengahan musim gugur dan semacamnya (Couglin, 2012:106).
Para
imigran ini mulai melanjutkan kegiatan kelompoknya sebagai satu kesatuan
masyarakat Cina. Warga Cina yang berpindah – pindah ini selain mencari
penghidupan yang layak, mereka mencari perlindungan pada pejabat – pejabat
lokal yang ada di Phuket. Selain itu mereka tidak hanya berpindah ke Phuket
namun mereka juga bermigrasi dari Provinsi Fujian ke kota Penang yang ada di
Malaysia. Pejabat – pejabat lokal yang ada di Phuket juga memberikan
perlindungan dan juga tempat bagi beberapa imigran yang bermigrasi dari Cina.
Melihat dari keberagaman ini pejabat lokal Phuket menjadi beberapa komunitas
ini menjadi satu kesatuan, karena mereka semua ini datang dari berbagai budaya
dan menyatukan mereka menjadi satu kesatuan. Sebelumnya sekitar 200 tahun lalu,
Phuket hanyalah pulau yang penuh dengan bebatuan dan juga pohon dengan batang
yang besar. Seiring berkembangnya jaman, para imigran ini berinisiatif dalam
membangun perekonomian kota Phuket. Banyak dari mereka yang bekerja menjadi
buruh pekerja di pertambangan timah.
Festival
Phuket Vegetarian Festival ini merupakan bagian dari kebudayaan yang dirayakan
dan dibawa langsung oleh warga Cina dari Fujian. Berlangsungnya festival Phuket
Vegetarian Festival ini merupakan tanda dari dimulainya awal bulan Taoist Lent, yang dimana para pengikut
dari ajaran Tao akan berpuasa untuk memakan makanan dari unsur hewani atau
produk dari daging selama 9 hari lamanya. Festival Phuket Vegetarian ini
dimulai dengan sebuah prosesi – prosesi sesuai ajaran Taoisme. Lalu setelah menyelesaikan prosesi – prosesi
tersebut, berlanjut dengan persembahan – sembahan keagamaan. Sesembahan ini
merupakan bentuk penghormatan terhadap dewa – dewa yang ada dan meminta izin
untuk kelancaran Tradisi besar ini. Lalu dilanjutkan dengan prosesi dengan
kegiatan yang cukup ekstrim yaitu, menusukkan benda tajam kebagian wajah mereka
(peserta) dan hal ini bersifat pengorbanan dan penyiksaan diri. Selain itu
mereka juga berjalan diatas bara panas dan juga memanjat sebuah tangga yang terbuat dari pisau yang sangat
tajam. Para peserta ini, merupakan medium untuk mengundang datangnya Dewa Tao
untuk datang pada Tradisi Phuket Vegetarian Festival (Rizkia, 2018:5).
2.3 Perkembangan
Tradisi Phuket Vegetarian Festival Thailand
Perlu
diketahui, bahwa Phuket merupakan destinasi wisata paling favorit di Thailand,
terlebih keindahan dari pulaunya maka dari itu struktur perkonomian yang ada di
Phuket sebagian besar berasal dari industry pariwisata yang ada. Jumlah wisatawan
yang ada sudah pasti selalu melonajk, karena Phuket menjadi destinasi wisata
yang sangat direkomendasikan oleh para pelancong asing. Pemasukkan yang ada
sangatlah besar melihat antusiasme orang – orang asing ini untuk berlibur.
Seiring dengan berkembangnya kota Phuket menjadi destinasi wisata, perlu
diperhatikan bahwa dampak dari degradasi lingkungan tentu pasti akan muncul dan
menjadi problematika baru bagi mereka. Meuncul lah kebutuhan baru untuk
mengelola dan melindungi situs wisata alam serta menajaga kelestarian situs
bersejarah yang sudah ada. Maka dari itu, wisata budaya menjadi sebuah
alternative yang sepadan untuk menarik minat wisatawan, dimana mereka
menawarkan keindahan tradisi – tradisi lokal. Maka dari itu, sejak tahun 1990 –
an, organisasi pemerintah mulai mendukung tempat – tempat suci dalam
menyelenggarakan tradisi – tradisi lokal, macam Festival Phuket Vegetarian ini
sebagai acara wisata. Maka dari itu, dipupuk lah hubungan kerjasama antara
pemerintah dan juga kuil dibangun (Chaopreeca, 2018:5).
Festival
Vegetarian ini awalnya diadakan sekitar tahun 1825 atau 180 tahun yang lalu.
Festival ini bisa dibilang sangatlah tua, karena bertahan seiring dengan
dinamisnya jaman saat ini. Selama tahun 1990-an, organisasi pemerintahan yang
bergerak dibidang pariwisata membantu untuk meningkatkan promosi tradisi –
tradisi lokal seperti ini. Dibentuklah sebuah lembaga Kebudayaan di Phuket
untuk menaungi tradisi – tradisi dan budaya lokal yang ada di sana dan juga
untuk memastikan kelestarian dari hal – hal yang telah disebutkan tadi. Perlu
diketahui, mereka yang menjadi bagian dalam tradisi ini adlah orang – orang
yang bekerja dengan sukarela dan terkadang pemasukkan untuk ke kuil masih
berupa sumbangan dan mereka terdaftar sebagai yayasan filantropi. Maka dari itu
para pengurus kuil juga mulai menyadari, bahwa kegiatan – kegiatan semacam ini
apabila tidak melibatkan masyarakat yang ada disekitar maka kuil sendiri akan
kehilangan maknanya sebagai tempat keagamaan. Dengan demikian juga, panitia
yang mengarahkan Festival Vegetarian ini harus ditunjuk tiap tahunnyauntuk
melakukan acara selama 9 hari lamanya dan bekerja secara sukarelawan untuk
berbagai tugas mulai dari berjalan diatas altar utama, memasak makanan untuk
vegetarian nanti, dan mengadakan upacara – upacara keagamaan.
Perlu
diketahui bahwa bahwa ditingkat nasional, praktik – praktik budaya lokal
semacam Phuket Vegetarian Festival menjadi popular berkat berbagai pihak. Kosep
tradisi secara tdak langsung telah menyebar luas di taraf Nasional dan menarik
perhatin masyarakat Thailand, dipusat kota – kota khususnya. Konsep yang dibawa
seperti berpuasa untuk tidak mengkonsumsi produk dari daging telah menjadi daya
tarik tersendiri. Perkembangan – perkembangan yang terjadi merupakan bentuk
dari adaptasi budaya dan tradisi itu sendiri. Karena bagaimanapun tradisi yang
sudah melekat dengan ajaran Tao ini, mendapat tersendiri di beberapa orang.
Melihat Tradisi yang berjalan tiap tahunnya, merupakan manifestasi budaya yang
ada dari kota Phuket. Praktik yang dari kota asalnya di Cina ini mampu
menjadikan Phuket kota yang kental dengan budaya Cinanya. Karena memang
sebagian masyarakat yang ada di sana merupakan imigran yang datang dari kota
Fujian. Praktik – praktik dan ajaran yang mereka mulai mengadaptasikan diri
dengan warga – warga lokal yang ada di Phuket. Keragaman inilah yang juga
menjadi kokohnya nilai budaya dari Thailand itu sendiri.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Phuket
merupakan kota yang menjadi destinasi wisata di Negara Thailand dan salah satu
pulau terindah yang ada di Dunia. Phuket sendiri adalah kota yang memiliki
sejarah yang cukup panjang untuk diuraikan, dan juga sangat kompleks untuk
dibahas. Berawal dari imigran Cina yang berpindah tempat dari kota Fujian ke
kota bagian selatan yang ada di Thailand, Phuket. Dahulunya kota Tha Lang
adalah pusat dari etnis tionghoa disana. Karena menjadi tempat berlindungnya
para etnis tionghoa setelah terjadinya kekacauan yang ada di Fujian. Mereka
berharap mendapat perlindungan oleh pejabat – pejabat lokal yang ada disana dan
juga memulai hidup yang baru dengan komunitasnya.
Tradisi
yang ada di sana termasuk juga Phuket Vegetarian Festival, merupakan salah satu
bagian dari praktik – praktik yang diajarkan oleh para tokoh Taoisme yang ada
di Cina. Mereka melakukan puasa selama 9 hari lamanya dengan tidak mengkonsumsi
produk – produk yang terbuat dari daging apapun itu jenisnya. Mereka melakukan
prosesi ini sebagai bentuk simbolisme dan juga tradisi yang berlaku di Phuket.
Selain itu berpuasa dalam mengkonsumsi makanan dalam produk daging, mereka juga
diharuskan untuk selalu menjaga perbuatan mereka dan tutur kata yang baik. Hal
ini tentu saja senada dengan ajaran agama – agama yang lain yaitu mengajarkan
suatu yang benar bukan kebatilan.
Mereka
yang menjadi peserta sebagian besar adalah warga – warga lokal yang ada di
Phuket dan sifatnya sukarelawan. Para penggiat budaya di Thailand sangatlah
berperan besar dalam tradisi lokal ini. Karena dampaknya sangatlah terasa bagi
para penduduk lokal yang bergerak dibidang usaha dan jasa pariwisata. Terbukti
melonjak drastis para pelancong asing yang datang ke Phuket dan menjadikan kota
ini sebagai tempat mereka kembali untuk berlibur.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU:
Cassier, Ernest. 1990. Manusia dan Kebudayaan Terjemahan Alois A. Nugroho. Yogyakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Coughlin, R. J. 2012. Double Identity: The Chinese in Modern
Thailand. Bangkok: White Lotus Co., Ltd.
Fauzi, Fahri. 2007. Penyingkapan
Kuasa Simbol, Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta:
Juxtapos
Geertz, Cliford. 2002. Hayat
dan Karya: Antropologi sebagai Penulis dan Pengarang. Yogyakarta: LKIS
Hariwijaya
& Triton. 2005. Pedoman Penulisan
Ilmiah Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Tugu Publisher
Koentjraningrat. 1990. Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta: Djambata
Krishna, Anand. 1998. Mengikuti
Irama Kehidupan Tao Te Ching bagi Orang Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Lasiyo.
1994. Seri Filsafat Cina, Taoisme.
Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM
Winangung,
Y.W. Wartaya. 1990. Masyarakat Bebas
Struktur Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor Turner. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Wiratmadja,
Adia. 1978. Sekilas Filsafat Cina.
Yogyakarta: Liberty
Y. Sumandiyo
Hadi. 2006. Seni dalam Ritual Agama.Yogyakarta:
Penerbit Buku Pustaka
TESIS:
Chaopreecha Jakraphan. 2018. Revitalization of Tradition through Social
Media: A Case of the Vegetarian Festival in Phuket, Thailand. International
Development and Cooperation of Hiroshima University
MAKALAH:
Rizkia.
2018. Esksistensi Budaya Menjadi salah
satu Daya Tarik Wisata di Thailand. Laporan Foreign Case Study. Sekolah
Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta
SUMBER
INTERNET:
https://thailand.panduanwisata.id/2009/10/08/provinsi-phuket/ (diakses pada
tanggal Rabu, 12 Februari 2020 pukul 21.34 WIB
https://panduanwisata.id/2012/04/19/lahirnya-tradisi-phuket-vegetarian-festival/ (diakses pada
tanggal 12 Februari 2020 pukul 21.34 WIB)
https://tripadvisor.co.id/ShowUserReviews-g23158-d5995325-r660247708-Old_Phuket_Town-Talat_Yai_Phuket_Town_Phuket.html (diakses pada
tanggal 12 Maret 2020 pukul 13.17 WIB)
https://m.liputan6.com/citizen6/read/3680096/super-ekstrem-festival-vegetarian-di-thailand-bikin-merinding (diakses pada
tanggal 1 Maret 2020 pada pukul 20.27 WIB)
Posting Komentar