Di buat oleh : Fransisca Hanitianingrum & Nuryasin (Mahasiswa Pendidikan Sejarah Angkatan 2021)
Bali merupakan kepulauan di Indonesia
yang dijuluki dengan pulau 1000 pura, karena kentalnya budaya Hindu dalam
setiap tatanan masyarakatnya. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada agama
lain selain Hindu. Sebaliknya, agama lain juga berkembang termasuk Islam.
Bahkan Islam telah dikenal di Bali sejak abad ke-15 bersamaan dengan kejayaan
agama Hindu di Bali pada abad ke-15. Arus islamisasi di Bali berkembang sejak
abad ke-16. Ketika Belanda mulai menguasai beberapa wilayah di Nusantara,
banyak Muslim dari berbagai wilayah yang memilih untuk bermigrasi seperti yang
dilakukan oleh masyarakat muslim Bugis Makassar yang bermigrasi ke Bali dan
menetap serta menyiarkan Islam hingga pada abad ke-18. Seiring perkembangannya,
Islam hadir dan mampu memberi pengaruh terhadap tatanan masyarakat Bali dengan
adanya komunitas muslim, masjid, lembaga pendidikan Islam (Pesantren), dan
akulturasi budaya Islam dengan Bali.
Naskah-naskah Islam juga berhasil
ditemukan di Pulau Dewata ini. Sebuah pulau yang kini lebih familiar dengan
tradisi-tradisi agama Hindu. Di
daerah-daerah tertentu di Bali ditemukan sejumlah naskah keagamaan Islam dan Mushaf Al-Qur’an kuno. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Balai Litbang Kementerian
Agama Semarang Bidang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi
(LKKMO) berhasil menemukan naskah-naskah kuno di enam kabupaten atau kota Bali
seperti Denpasar, Karangasem, Jembrana, Buleleng, Klungkung, dan Tabanan. Mereka
menemukan 140 manuskrip keislaman.
Mushaf Al-Qur’an tertua di Indonesia adalah mushaf yang selesai ditulis pada hari Kamis, 21 Muharram 1035 H (23 Oktober 1625 M) penulisnya yaitu Abd. as-Sufi ad-Din. Mushaf tersebut sekarang disimpan oleh Zen Usman Singaraja Bali. Mushaf ini memiliki ukuran 25 x 17 cm, dengan tebal 6,5 cm, ditulis menggunakan kertas dluwang (kulit kayu), berjumlah 769 halaman. Kondisi naskah sangat baik, lengkap dengan 30 juz. Mushaf ini diletakkan dalam sebuah kotak kayu. Penulisnya, seperti yang tercantum pada kolofon di akhir mushaf, adalah Abd as-Sufi ad-Din.
Secara umum mushaf kuno tertua
ditemukan di Kampung Jawa Singaraja, Bali milik M. Zen Usman dalam kondisi masih
baik hanya beberapa halaman yang tampak lapuk. Mushaf ini berukuran 24 x16 cm,
dan ukuran teksnya adalah 16 x11 cm. Bingkai teks berupa tiga buah garis
berwarna hitam. Tebal naskah 769 halaman yangterdiri atas 754 halaman isi.
Sampulnya terbuat dari kulit berwarna coklat motiffloral. Tulisan rapi dan
jelas. Teks ditulis dengan menggunakan khat
Naskhi. Jumlah baris setiap halaman 13, kecuali halaman awal yang terdiri
atas 7 baris dan halaman akhir yang terdiri atas 10 baris. Tinta yang digunakan
berwarna hitam. Untuk bagianyang berisi keterangan awal surah tinta dan awal
juz digunakan berwarna merah.
Mushaf milik Zen Usman dapat dikatakan sangat menarik, unik, dan luar biasa karena beberapa alasan: Pertama ,mushaf ini ditulis di atas dluang. Alas tulis dari bahan dasar kulit kayu ini pada umumnya tergolong tua karena kertas ini umumnya telah ada sebelum kertas Eropa masuk ke Nusantara. Kedua, naskah ini memiliki kolofon yang menunjukkan waktu penyalinannya pada Kamis, 21 Muharram 1035 H (23 Oktober 1625 M), sebuah masa yang sangat tua. Kolofonnya dalam bahasa Arab, yang berbunyi: “tamma al-qur’an fi yaum al-khamis min syahr al-muharram fi hilali ihda wa ‘isyrina ba’da alfi sanah khamsin wa salasuna al-hijrah an-nabawiyyah”.
Ketiga, dari segi kaligrafinya,
mushaf ini memperlihatkan goresan seorang khattat
(ahli kaligrafi) Arab dengan khat Naskhi yang indah walaupun tidak dengan kalam
khat yang tipis-tebal, dan untuk kepala surah masih berupa Sulus sederhana. Keempat, iluminasinya memperlihatkan
unsur Jawa. Iluminasi pada mushaf ini terdapat pada bagian awal
yang membingkai Surah al-Fatihah dan awal Surah
al-Baqarah. Desain hiasan
ini menunjukkan salah satu karakter khas Jawa, yakni pada pewarnaan yang
cenderung menggunakan warna biru (Gallop,2004: 130).
Zen Usman sebagai pemilik mushaf, tidak mengetahui secara pasti asal usul mushaf ini. Dikatakan bahwa ia mendapatkannya dari orang tuanya dan konon telah dimilikinya secara turun temurun. Namun demikian, keberadaan mushaf ini di sebuah tempat yang disebut Kampung Jawa, bisa diduga bahwa asal-usulnya berkaitan dengan Pulau Jawa,terutama dari beberapa unsur yang terdapat pada pola hiasannya. Lebih dari itu, mushaf ini menambah koleksi dan informasi mushaf tertua di Nusantara, yakni ditulis pada Kamis, 21 Muharram 1035H/1625 M. Setidaknya mushaf ini menjadi mushaf tertua ketiga setelah Mushaf kode MS 12716 di University of London yang ditulis Jumadil Awwal 993/1585 dan mushaf dari Ternate yang ditulis pada 7 Zulqa’dah 1005 H/1597 M (Bafadal danAnwar, 2005: vii-viii).
Referensi
Asep Saefullah, Adib M. Islam. 2009. Beberapa Aspek Kodikologi NaskahKeagamaan
Islam di Bali: Sebuah Penelusuran
Awal. Jurnal
Lektur Keagamaan.
Vol. 7, No. 1.
Bafadal, Fadhal AR, dan Anwar, Rosehan.
2005. Mushaf-Mushaf Kuno di Indonesia.
Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan.
Gallop, Annabel Teh. 2004. “Seni Mushaf di
Asia Tenggara”, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 2, No. 2.
Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan.
Seamushaf.kemenag.go.id.
https://seamushaf.kemenag.go.id/telusuri/detail/645/manuskrip-al-quran-di-bali. Diakses pada 9 November 2022 pukul 17.24 WIB.
.
Posting Komentar