Abstrak
Raden Saleh
Syarif Bustaman adalah seorang pelukis keturunan Arab dan Jawa menjadi pelukis
Hindia Belanda. Keluarganya adalah keturunan bangsawan yang setia kepada
kolonial dan juga secara bersamaan melakukan pemberontakan. Pamannya adalah
seorang Bupati Semarang yaitu Suriadimenggolo yang pada saat itu berpihak pada
Pangeran Diponegoro dan menjadikan kelurga Bustaman yang ada di Semarang
hancur. Karena keberpihakkannya kepada Pangeran Diponegoro Suriadimenggala dan
anaknya di tahan dan diasingkan, berbeda denga Raden Saleh yang mendapatkan
tugas dari pihak kolonial ke Belanda
untuk melanjutkan pendidikannya serta untuk menjauhkan Raden Saleh dari
pengaruh pamannya . kemudian dengan dukungan pemerintah Belanda Raden Saleh menjadi pelukis bagi Kerajaan Belanda. Yang
menarik dalam salah satu lukisannya yakni yang berjudul Penangkapan Pangeran
Diponegoro (Gevangenname Van Prins Diponegoro) menggambarkan
perlawanannya terhadap kolonial melalui sebuah karya seni. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk memahami hubungan Raden Saleh denga pihak kolonial
dan dapat memahami makna dari lukisan Raden Saleh yang berjudul Penangkapan
Pangeran Diponegoro (Gevangenname Van Prins Diponegoro).
Kata Kunci : Raden Saleh, Kolonial,
Pangeran Diponegoro, Hendrik Markus De Kock
PENDAHULUAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indinesia
Kolonialisme adalah paham tentang penguasaan suatu negara atas daerah atau
bangsa lain dengan maksud untuk memperluas daerah itu. Indonesia mengalami
penjajahan dari beberapa negara Eropa seperti Portugis, Belanda, Perancis dan
Inggris. Negara Eropa yang melakukan penajajahan terlama adalah Belanda dimana
kurang lebih tiga abad bangsa tersebut menguasai Nusantara.
Perlawanan-perlawanan
dari rakyat nusantara pun terus dilakukan untuk mengusir penjajah, seperti yang
dilakukan oleh Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa. Hal yang menarik dalam
penulisan ini terjadi saat keterkaitan Raden Saleh seorang pelukis pribumi yang
berhubungan erat dengan kolonial dan juga memiliki keterkaitan dengan Pangeran
Diponegoro.
Raden
Saleh Syarif Bustaman lahir pada tahun 1811 di Terboyo desa kecil di Semarang
Jawa Tengah. Ayahnya bernama Sayyid Hussein bin Alwi bin Awal bin Yahya dan
ibunya bernama Mas Ajeng Zarip Husen. Diketahui keturunan Raden Saleh berasal
dari Arab yakni buyutnya Sayyid Abdullah Muhammad Bustam merupakan pegawai
Belanda yang menjadi bawahan Bupati Terboyo. Ia dibesarkan oleh pamannya yang
merupakan Bupati Semarang dan berkenalan dengan orang kolonial yang kemudian
mendidiknya untuk mempelajarai seni lukis
Dalam
perspektifnya Raden Saleh tidak melakukan perlawan terhadap kolonial bahkan ia
cendrung dianak emaskan oleh pihak Belanda namun tetap ia juga merasakan tidak
terima dengan adanya pejajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa. Raden Saleh
melakukan keberpihakkannya dalam perjuangan Pangeran Diponegoro dengan
menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro melalui karya seni lukisnya yang
merupakan respon atas karya seni Nicolaas Pieneman tentang penangkapan Pangeran
Diponegoro yang lebih memihak kepada pihak Kolonial. Dengan itu Raden Saleh
menggambarkannya dengan sudut yang berbeda yang lebih memihak kepada rakyat
Jawa.
PEMBAHASAN
Kehidupan Raden Saleh
Raden
Saleh Syarif Bustaman lahir pada tahun 1811 di Terboyo di Semarang Jawa Tengah.
Ayahnya bernama Sayyid Hussein bin Alwi bin Awal bin Yahya dan ibunya bernama
Mas Ajeng Zarip Husen. Diketahui keturunan Raden Saleh berasal dari Arab yakni
buyutnya Sayyid Abdullah Muhammad Bustam merupakan pegawai Belanda yang menjadi
bawahan Bupati Terboyo. Kariernya sukses berkat kesetiaannya kepada VOC
(Vereenigde Indische Compagnie). Kemudian kedekatan keluarga Raden Saleh dengan
kolonial pun membuat pamannya Raden Saleh menjabat sebagai Bupati Semarang yakni
Adipati Suriadimenggolo yang awalnya merupakan Bupati Kendal kemudian Demak,
lalu pada saat pemerintahan Raffles diangkat menjadi Bupati Semarang yang
menjadi daerah penting.
Ketika
Raden Saleh menginjak usia sekitar 9-10 tahun ia diserahkan kepada pamannya
yang menjabat sebagai Bupati Semarang yakni Adipati Suriadimenggolo, sebelum
tinggal dengan pamannya Raden Saleh sudah gemar menggambar sejak kecil,
bakatnya dibidang seni sudah menonjol saat ia bersekolah di sekolah rakyat
(Volks-School). Raden Saleh juga pernah dititipkan kepada pihak Belanda oleh
pamannya untuk belajar mengenai seni lukis. Pada tahun 1819 Raden Saleh
dipanggil dan diajak Gubernur Jendral Robert Van Der Capellan ke Buitenzorg
(Bogor) diantar oleh Reinwardt yang kemudian diurus oleh Antonie Auguste Joseph
Payen seorang pelukis asal Belgia yang menghabiskan waktunya di Jawa Barat
dengan Payen dan Reinwardt yang kemudian menjadi gurunya, gambar-gambar Raden
Saleh menceritakan tentang pendudukan Jawa secara ekonomi dan ilmu pengetahuan
pada masa kolonialisme.
Pada saat terjadinya perang di Jawa
paman Raden Saleh yakni Adipati Suriadimenggolo dan anaknya Raden Mas Sukur dan
adiknya ditangkap pihak kolonial pada tahun 1825 mereka dipenjara kemudian dikirim ke Surabaya
dan diasingkan ke Ambon dan Sumenep, hingga Adipati Suriadimenggolo meninggal
disana pada tahun 1827, dan Raden Mas Sukur terus setia pada Pangeran
Diponegoro. Berbeda dengan sepupunya Raden Saleh kembali ke Semarang dan
mendaftarkan dirinya bekerja sebagai dinas Administrasi yang ditempatkan di Cianjur.
Kemudian pada tahun 1829 Raden Saleh
berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pendidikan yang telah diberikan oleh
pemeritah Kolonial namun keberangkatannya ke Belanda bukan hanya sekadar
belajar seni lukis saja ia mengemban tugas untuk mengajari Inspektur keuangan
Belanda Baptiste de Linge mengenai adat-istiadat Jawa, Bahasa Jawa dan Melayu
yang diperintahkan oleh Robert Van Der Capellan. Namun menurut beberapa
konspirasi terdapat unsur politik dalam pemberangkatan Raden Saleh ke Belanda yakni untuk menjauhkan
Raden Saleh dari pengaruh pamannya Suriadimenggolo yang berpihak pada Pangeran
Diponegoro.
Raden Saleh meninggalkan Jawa saat
terkadinya perang Jawa yang belum berakhir dan Pangeran Diponegoro pun belum
ditangkap. Di Belanda Raden Saleh memiliki mentor yakni cornelis Kruseman
seorang pelukis potret sejarah yang tinggal di Den Haag, di studio Cornelis
Kreseman pun ia sempat bertemu dengan Jendral Hendrik Markus De Kock yang
mengakhiri perang Jawa dengan menangkap Pangeran Diponegoro. Dan dalam perjalanan
hidupnya Raden Saleh melakukan beberapa lawatan untuk melukis ke berbagai
negara seperti Jerman dan Perancis.
Hubungan Raden
Saleh dengan Kolonial
Kedekatan
keluarga Raden Saleh dengan pihak Kolonial memang sudah terjalin cukup lama
dimana buyut dan pamannya serta keluarga yang lainnya dipercaya untuk menempati
kekuasaan di beberapa daerah di Jawa. Sehingga pada saat Raden Saleh tinggal
dengan pamannya Suriadimenggolo ia sempat dititipkan ke orang-orang Belanda
untuk mempelajari seni lukis.
Saudara
sepupu Raden Saleh yakni Raden Mas Sukur yang ikut berjuang dipihak Pangeran
Diponegoro yang membuat keluarganya ditangkap dan diasingkan oleh pihak
Belanda, peristiwa itu menyebabkan kehancuran bagi keluarga Bustaman di
Semarang yang tak hanya kehilangan jabatannya saja sebagai Bupati.
Hubungan Raden Saleh semakin dekat
dengan Kolonial saat terjadinya Perang Jawa yang menjadi titik akhir perlawanan
Pangeran Diponegoro yang ditangkap oleh Hendrik Markus De Kock yang pada saat
itu Raden Saleh diberangkatkan ke Belanda dan diberikan beasiswa untuk
melanjutkan pendidikannya dalam bidang seni oleh pihak Kerajaan Belanda, bahkan
ia mempelajari seni lukis ke beberapa negara seperti Dresden Jerman dan
Perancis yang disetujui oleh Raja Willem I dan Raja Willem II walaupun pada
waktu itu Raja Willem I tidak memberikan beasiswa kepadanya..
Maka sulit bagi Raden Saleh yang
dibina sejak kecil oleh pihak kolonial untuk melakukan perlawan terbuka bahkan
untuk sekadar melepaskan diri dari pemerintah kolonial, kendatipun demikian ,
dari sebagian surat dan catatan tentang riwayat Raden Saleh pun terungkap bahwa
Raden Saleh tidak sepenuhnya nyaman dengan ketergantungannya pada pemeritah
kolonial. Di dalam suratnya terkuak bahwa ia mengalami pergolakan batin yang
menunjukkan gejala melakukan perlawanan atau pembangkangan meski hanya sebatas
dalam psikis intelektual atau secara simbolik.
Berlanjut ketika ia berada di Jerman ia akrab dengan para aristocrat dan
cendekiawan setempat yang seringkali ia berbicara tentang simpatinya pada
Jerman yang anti penjajahan karena dirinya pun berasal dari keluarga yang anti
penjajahan. dan puncaknya ia mendapatkan berita menegenai penangkapan Pangeran
Diponegoro, yang membuat ia ingin melukiskan tentang kejadian tersebut yang
akhirnya terwujud pada tahun 1857. Dipihak lain Belanda pun cenderung
mengenmbangkan sikap curiga bahkan memata-matai Raden Saleh sejak ia menjadi
pelukis “makhluk pribumi pintar sendiri” sepulang dari Eropa. Bahkan ketika di
Bekasi terjadi pemberontakan kecil pada tahun 1869, Raden Saleh bahkan
ditangkap dan diintrogasi dan dikenai tahan rumah, dan sejak saat itu perannya
dalam pemerintahan terus dikurangi.
Makna Lukisan
Penangkapan Pangeran Diponegoro (Gevangenname Van Prins Diponegoro)
Lukisan historis yang menggambarkan tentang penangkapan Pangeran
Diponegoro oleh kolonial Belanda merupakan lukisan yang dibuat oleh Raden Saleh
pada tahun 1857 untuk yang mulia Raja Belanda Willem III, pada awalnya Raden
Saleh tidak memutuskan untuk mendalami seni lukis historis namun karena lukisan ini sangat erat dengannya dimana
nasib keluarganya sendiri terpaut dengan nasib Pangeran Diponegoro.
Lukisan ini menggambarkan salah satu
peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia ketika melawan penjajah kolonial
menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro yang dilakukan oleh Hendrik
Markus De Kock, Raden Saleh menggambarkan kemarahan Pangeran Dipomegoro
terhadap penghianatan atau kecurangan Belanda dimana pada awalnya Jendral
Hendrik Markus De Kock secara resmi mengundang Pangeran Diponegoro untuk
membicarakan perdamaian, namun secara licik ia melakukan penangkapan kepada
Pangeran Diponegoro yang membuat Pangeran Diponegoro di asingkan seumur
hidupnya di Sulawesi dan meninggal di Makassar pada tahun 1855.
(Lukisan
Raden Saleh)
Sumber:
Wikipedia
Luisan karya Raden Saleh ini
menggambarkan bagaimana keadaan penangkapan Pangeran Diponegoro yang berdiri
didepan Jendral Hendrik Markus De Kock dimana Pangeran Diponegoro tampak
menahan kemarahannya. Pembuatan lukisan dengan judul Gevangenname Van Prins
Diponegoro ini merupakan reaksi dari pelukis Nicolaas Pieneman yang telah
terlebih dahulu menggambarkan peristiwa pengkapan Pangeran Diponegoro dengan
judul lukisan “Penyerahan Diri Pangeran Diponegoro kepada Letnan Jenadral HM De
Kock, 28 Maret 1830, yang mengakhiri Perang Jawa (1825-1830)”
(Lukisan
Nicolas Pieneman)
Sumber:
Wikipedia
Nicolaas Pieneman melukiskan
Pangeran Diponegoro melalui ekspresi tubuhnya, bahwa Pangeran Diponegoro
menerima penaklukannya, dan para pengikutnya mengekpresikan secara fisik bahwa
keputusan Jendral Hendrik Markus De Kock baik untuk semua orang, Belanda maupun
orang Jawa karena tidak ada pilihan lain (Kraus, Warner dkk. 2018). Berbeda
dengan Raden Saleh ia meangetahui wafatnya Diponegoro melalui sebuah artikel Javasche
Courant pada tahun 1855, sesaat ia
ingin melukiskan penangkapan Pangeran Diponegoro kemudian Raden Saleh pun
melakukan observasinya ke Magelang untuk menyusun lukisannya yang mana
lukisannya berbeda dengan penggambaran Nicolaas Pieneman. Raden Saleh
menggambarkan Pangeran Diponegoro menunjukkan air muka penuh amarah dan sikap
menghina, ia memandang Hendrik Markus De Kock dengan sikap menentang dan
Hendrik Markus De Kock pun mengambil jarak dengan sikap dingin dan pandangan
hampa (Kraus, Warner dkk. 2018).
Nicolaas
Pieneman menempatkan Hendrik Markus De Kock setingkat lebih tinggi dari
Pangeran Diponegoro sedangkan Raden Saleh mnenempatkannya di posisi yang sama
dimana Hendrik Markus De Kock berada di sebelah kiri yang dalam konteks tradisi
Jawa digolongkan sebagai perempuan,
dengan begitu Raden Saleh telah membuat aturan Hierarki yang jelas bagi
pengamat lukisan Jawa: sebelah kanan adalah sisi lelaki yaitu pangeran
Dipnegoro yang aktif dan dinamis ; sebelah kiri adalah untuk perempuan, yaitu
Hendrik Markus De Kock yang pasif dan canggung dan juga Raden Saleh
menggambarkan Hendrik Markus De Kock dengan pelukisan kepala yang besar yang
dalam tradisi Jawa menggambarkan hantu-hantu jawa seperti Buto Terong yang
merupakan sosok raksasa yang penuh rakus yang mencitrakan pasukan Belanda saat
itu, dan dalam lukisan ini pun Raden Saleh memasukkan dirinya sebagai bentuk keberpihakkannya kepada
Pangeran Diponegoro dan sebagai saksi sebuah perbuatan yang memalukan yang
dilakukan oleh Jendral Hendrik Markus De Kock (Kraus, Warner dkk. 2018). Kurang
lebih terdapat dua penggambaran dirinya di lukisan itu yakni sebagai seorang
prajurit yang menunduk kepada pemimpin yang menangkapnya dan dan sebagai
seorang prajurit yang menghadap kearah penonton. Lukisan Raden Saleh ini
diberikan kepada Raja Willem III sedangkan Nicolaas Pieneman menunjukkan
lukisannya kepada Hendrik Markus De Kock.
KESIMPULAN
Kolonialisme
terjadi di Indonesia kurang lebih hampir tiga abad lamanya. Dimana dalam
kebijakannya membuat rakyat Hindia-Belanda dalam kesengsaraan yang kemudian
mendatangkan perlawanan. Bentuk perlawanan terhadapan kekejaman penjajah
berbeda-berbeda seperti yang dilakukam Raden Saleh ia menuangkan protesnya
terhadap penjajah melalui karya seni nya yakni yang tergambar dalam lukisan
Penangkapan Pangeran Diponegoro. walaupun ia sendiri memiliki hubungan yang
erat dengan Belanda bahkan ia mendapatkan begitu keistimewaan dari pihak
Belanda salah satunya mendapatkan beasiswa belajar ke luar negeri untuk
mempelajar tentang seni lukis. Disisi lain keluarganya hancur oleh pihak
Belanda saat terjadinya Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro
dimana pamannya Adipati Suriadimenggolo dan anaknya memihak kepada Pangeran
Diponegoro yang kemudian ditangkap dan diasingkan.
Raden
Saleh sudah memiliki rencana untuk membuat lukisan mengenai penggambaran
penangkapan Pangeran Diponegoro yang merupakan respon dari lukisan Nicolaas
Pieneman yang dalam ilustrasinya berpihak kepada kolonialisme.
DAFTAR PUTSAKA
Setianingsih Purnomo. 2014. Seni Rupa Masa
Kolonial: Mooi Indie Vs Persagi. Volume V. No. 01. Hal 9
http://ejournals.umn.ac.id/index.php/FSD/article/download/391/357/ (diunduh pada
tanggal 2 Mei 2019)
Kraus, Warner dan Irina Vogelsang. 2018. Raden Saleh (Kehidupan dan Karyanya).
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Mochamad Fauzie. 2013. Raden Saleh, Pengkhianat
atau Pahlawan?. Hidayatullah.com
https://m.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2013/12/09/7673/raden-saleh-penghianat-atau-pahlawan.html (diunduh pada
23 April 2019)
Ditpcbm. 2019. Lukisan Penangkapan Pangeran
Diponegoro, Perlawanan Raden Saleh atas Karya Nicolaas Pieneman.
Kebudayaan. Kemdikbud. Co.id
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/lukisan-penangkapan-pangeran-
diponegoro-perlawanan-raden-saleh-atas-karya-nicolaas-pieneman/ (diundah pada
tanggal 3 Mei 2019)
Posting Komentar