Dibuat oleh : Rilva Deni Yogatama (Mahasiswa Pendidikan Sejarah Angkatan 2019)
Sudah menjadi rahasia umum bagi para pengamat perang modern ketika melihat dosa Amerika Serikat dalam berbagai urusan internal negara lain yang sedang berkonflik salah satunya adalah Afghanistan. Konflik internal yang berkecamuk di Afghanistan dipercaya oleh berbagai sejarawan sebagai sebab invasi Uni Soviet ke Afghanistan, namun bagaimana jika nyatanya intervensi yang dilakukan Amerika Serikat adalah sebab konflik di Afghanistan itu sendiri. Sebuah opini yang dilontarkan oleh Zbigniew Brzezinski, mantan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat dalam sebuah wawancara bersama Le Nouvel Observateur pada Januari 1998 menyebutkan bahwa Amerika Serikat lewat CIA berusaha untuk memberikan bantuan kepada milisi pemberontak di Afghanistan 6 bulan sebelum invasi Uni Soviet di tahun 1979 dengan harapan Uni Soviet akan membalas dan memulai “Perang Vietnamnya” disana. Pemikirannya ini juga didasari oleh dokumen berupa perintah bantuan persenjataan yang ditandatangani oleh presiden Amerika Serikat saat itu, Presiden Carter.
Beberapa persenjataan dan peralatan perang dari Amerika Serikat memang kerap kali ditemukan dalam berbagai operasi militer yang dilakukan oleh Uni Soviet saat itu. Misalnya adalah Pertempuran Karera di Provinsi Kunar pada bulan Maret 1986. Pasukan GRU Uni Soviet yang berhadapan dengan pasukan Mujahidin dari Islamic Union for the Liberation of Afghanistan yang mendapatkan dukungan dari pasukan ISI Pakistan yang kebetulan pula telah dipersenjatai Amerika berhasil merebut beberapa persenjataan mereka. Ditemukan berbagai persenjataan produksi Amerika Serikat yang salah satunya adalah M16A1, senjata tersebut adalah salah satu senjata ikonik Amerika Serikat di Perang Vietnam. Alexander Sukholessky, veteran perang ini yang tergabung dalam GRU Batalion Ranger sempat berfoto dengan M16A1 hasil rampasannya lengkap dengan jaket milik tentara amerika di Vietnam yaitu model M65 dan kacamata hitam, Ia menuliskan kisahnya dalam berbagai media cetak salah satunya adalah Soldier of Fortune.
Pengalaman yang sama juga dirasakan oleh Andrej Shultz, Komandan dari Resimen 101 Kompi Recon, Ia bertemu dengan seorang perwakilan Mujahidin di Provinsi Herat(dekat perbatasan Iran/Turkmenistan) dan melakukan obrolan ketika masa gencatan senjata. Ia menukarkan pakaian dan senjatanya dengan sebuah senapan M16A1 dan jaket M65, setelah puas berfoto Ia mengembalikan jaket dan senapan tersebut kepada Mujahidin yang Ia temui. Sudah menjadi hal yang lumrah pula jika melihat seorang anggota GRU menggunakan pakaian lokal dan senjata yang mereka rampas seperti FAL dan M16A1 untuk bisa mendekati para Mujahidin.
Posting Komentar