Reaktivasi Jalur Kereta Api di Banten guna Mendukung Pengembangan Ekonomi

 Dibuat oleh : Ridwan Nugroho (Mahasiswa Pendidikan Sejarah Angkatan 2021)



Banten- Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang hingga kini masih sering digunakan, hal itu tak terlepas dari banyaknya keunggulan transportasi ini baik dari efisiensi waktu dan juga ketahanan di berbagai medan. Kereta api sendiri tiba di wilayah Indonesia dibawa oleh bangsa Belanda pada waktu itu untuk berbagai kepentingan terutama dalam bidang eknomi dan militer. Kerajaan belanda pada masa itu membangun jalur perkeretaapian di beberapa wilayah Indonesia terutama adalah pulau jawa dimana merupakan wilayah pusat administrasi dan perekonomian pemerintahan Hindia Belanda pada saat itu. 

Rute jalur kereta api di Jawa terbentang dari wilayah barat Banten hingga Banyuwangi. Dalam artikel kali ini kita akan membahas mengenai sejarah perkembangan jalur kereta api di Banten sebagai penopang perekonomian pulau Jawa. Banten merupakan sebuah provinsi di wilayah paling barat pulau Jawa. Letak banten yang berada dekat dengan selat Sunda dan Laut Jawa tentunya pada masa lalu memiliki pengaruh yang kuat dalam jalur perdagangan pada masa lampau. Selain itu wilayah ini juga kaya dengan sumber daya alam baik perkebunan, pertambangan, hingga kelautan tentunya hal ini menjadikan Banten sebagai salah satu wilayah paling berharga di pulau Jawa. 

Berbagai komoditas juga dihasilkan disini seperti lada, kopi, dan juga karet. Kedatangan bangsa Belanda pada abad ke-16 memulai babak baru dalam perkembangan sejarah Banten, pada masa itu para pelayar dari Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman berlabuh di kawasan pesisir Banten. Hingga pada perkembangannya wilayah banten dan komoditas Banten berhasil dikuasai dan di monopoli oleh kongsi dagang milik Belanda yaitu VOC. Setelah masa kekuasaan VOC kekuasaan wilayah banten diambil alih oleh pemerintahan Hindia Belanda pada 1808. Untuk membuka keterpencilan daerah Banten yang pada masa Pemerintahan Hindia Belanda merupakan salah satu daerah yang banyak mengalami pergolakan, selain dengan pembangunan Jalan Raya Pos Anyer menuju Jakarta, yang kemudian diteruskan hingga Panarukan, Jawa Timur, maka pada tahun 1896 perusahaan kereta api milik Pemerintah yang bernama Staatspoor-en Tramwegen in Nederlandsch-Indie (SS en T), yang dikenal sebagai Staatsspoorwegen (SS) membangun jalur Kereta Api (KA) dari Batavia (Jakarta) menuju Rangkasbitung- Cilegon-Anyer Kidul dan lintas cabang dari Duri ke Tangerang dengan panjang keseluruhan 175 km. Jalur Batavia-Duri-Tangerang dioperasikan mulai tanggal 2 Januari 1899, sedangkan jalur Duri-Rangkasbitung-Cilegon hingga Anyer Kidul dibuka pengoperasiannya pada tanggal 20 Desember 1900. Selanjutnya, SS membangun lintas percabangan dari Rangkasbitung-Pandeglang-Saketi-Menes-Labuan sepanjang 56 km yang mulai digunakan pada tanggal 2 Mei 1906, serta lintas cabang Cilegon-Merak sepanjang 10 km yang dioperasikan pada tanggal 1 Desember 1914. Selanjutnya pada bulan Februari 1943, saat Jepang menduduki wilayah Indonesia, dengan tujuan untuk mengangkut batubara muda dari daerah Bayah, Banten Selatan sebagai sumber bahan bakar, maka Jepang membangun jalur KA Saketi-Bayah sepanjang 89 km yang dibangun dari Saketi yang terletak di jalur Rangkasbitung-Saketi-Menes-Labuan. Jalur ini mulai dibuka pada tanggal 1 April 1944. Saat ini, jalur KA di Banten yang masih beroperasi adalah jalur Duri ke Tangerang dan Duri-Rangkasbitung-Cilegon-Krenceng hingga Merak serta jalur dari Krenceng-Cigading. 

Hingga tahun 2016, jalur dari Duri ke Tangerang serta dari Duri ke Maja di lintas Duri-Rangkasbitung telah dielektrifikasi sehingga Kereta Rel Listrik (KRL) dapat beroperasi di jalur tersebut, dan juga, jalur KA Duri-Tangerang serta jalur KA Tanahabang-Serpong-Maja telah merupakan jalur ganda. Jalur Cigading-Anyer Kidul telah ditutup sekitar tahun 1981 dan jalur Rangkasbitung Pandeglang-Saketi-Menes-Labuan terakhir dioperasikan sekitar tahun 1984. Kondisi Rute Tanah Abang-Rangkasbitung Salah satu rute jalur yang masih aktif dan terus digunakan hingga kini adalah rute Tanahabang-Rangkasbitung yang merupakan penghubung antara wilayah Banten dengan Jakarta membentang sepanjang 72,8 KM. Pada masa sekarang rute ini digunakan sebagai jalur pengoprasian Kereta Rel Listrik (KRL) di daerah JABODETABEK. Rute ini menjadi salah satu jalur moda transportasi yang menopang mobilitas para masyarakat Banten untuk menuju Daerah Ibu Kota Jakarta. Tentunya hal ini menjadi sentral bagi pertumbuhan ekonomi dan mobilitas demografi di kawasan provinsi Banten sendiri Kondisi Rute Rangkasbitung-Merak Selain rute Tanahabang-Serpong-Maja-Rangkasbitung terdapat rute yang juga masih digunakan untuk mobilitas penduduk yaitu rute Rangkasbitung-Merak. Rute sepanjang 70 km ini melintasi berbagai bentang alam yang berbeda, mulai dari perbukitan, persawahan, hingga tepi pantai. Rute ini melintasi wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kota Serang, dan juga Kota Cilegon. 

Rute ini sekarang difungsikan sebagai rute perjalanan KA Lokal Merak yang masih kerap digunakan untuk mobilitas penduduk. Pengaktifan Kembali Rute Rangkasbitung-Labuan Belakangan ini informasi mengenai akan adanya reaktivasi rute Rangkasbitung-Labuan sering kali terdengar hal itu tentunya bukan tanpa alasan. Dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan mobilias masyarakatnya, Provinsi Banten memerlukan dukungan pembangunan infrastruktur transportasi yang kuat dan luas, terutama untuk membuka aksesibilitas di daerah pedalaman Banten hingga Banten selatan. Infrastruktur yang diperlukan terutama juga sarana transportasi berbasis rel. Pembangunan jalur-jalur KA baru akan memberikan kemanfaatan yang besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Banten. 

Pertumbuhan kawasan wisata pantai di Anyer dan Carita, merupakan potensi-potensi yang perlu dukungan suatu infrastruktur transportasi berbasis rel. Selain itu peningkatan aksesibilitas di wilayah Banten pedalaman dan keterhubungan dengan wilayah selatan Jawa Barat menjadi suatu keharusan untuk menggerakkan perekonomian di bagian selatan Pulau Jawa, dan untuk hal ini keterhubungan melalui pembangunan prasarana baru transportasi KA menjadi suatu jawaban yang masuk akal. 

Merujuk pada peta Rencana Jaringan Perkeretaapian Pulau Jawa sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2030, yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan pada tahun 2011, memperlihatkan bahwa seluruh jalur nonaktif di Banten, yaitu CigadingAnyer Kidul, Rangkasbitung-Labuan dan Saketi-Bayah telah masuk dalam rencana reaktivasi hingga tahun 2030. Hal ini menunjukkan bahwa reaktivasi dan pengembangan jaringan KA di Banten merupakan suatu keniscayaan dan kebutuhan bagi pengembangan infrastruktur transportasi Banten guna peningkatan kesejahteraan warga Banten.


Referensi : 

ANRI. (2004). Citra Banten Dalam Arsip. Jakarta. Arsip Nasional Republik Indonesia. Laksana A, dkk. (2016). 

KISAH PENINGGALAN KERETA API BANTEN. Jakarta. Pusat Data, Informasi, dan Kepustakaan Kereta Anak Bangsa.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama