Dodol Betawi Kuliner Khas Masyarakat Betawi


Ditulis Oleh Fahri Ramliza 

(Mahasiswa Pendidikan Sejarah Angkatan 2018)

 

ABSTRAK

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengangkat kuliner khas masyarakat Betawi yang selalu ada dalam kegiatan masyarakat Betawi kedalam bentuk tulisan. Dodol Betawi merupakan salah satu kuliner khas masyarakat Betawi yang dalam proses pembuatannya memiliki keunikan dan makna yang cukup dalam. Pada zaman dahulu dodol Betawi diidentikan dengan status sosial masyarakat Betawi. Dahulu hanya orang kaya yang mampu saja yang membuat dodol dibuat dengan cara patungan untuk membeli bahan-bahannya dengan keluarga besar, karena dodol Betawi biasanya disajikan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat Betawi  seperti lebaran Idul Fitri, Idul Adha, lebaran Betawi  dan kegiatan perayaan masyarakat Betawi dan dibuat secara bersama-sama. Bagi masyarakat Betawi, nilai dari pembuatan dodol Betawi yang dapat diambil adalah dari cara pembuatannya. Masyarakat Betawi menganggap bahwa dengan membuat dodol secara bersama-sama selain dapat mempermudah pekerjaan, cara ini juga dapat mempererat hubungan kekeluargaan sesama anggota kelurga. Dodol Betawi juga memiliki perbedaan dengan dodol Garut ataupun dodol Cina, mulai dari proses pembuatannya ataupun bahan dasarnya berbeda dengan dodol Cina.

Kata kunci : Dodol, proses pembuatan, perbedaan dodol, menjaga kualitas dodol.


 

PENDAHULUAN


            Dodol Betawi merupakan salah satu kuliner khas masyarakat Betawi yang dalam proses pembuatannya memakan waktu hingga berjam-jam. Dodol Betawi dulu dianggap sebagai makanan yang mewah dan mahal karena membuatnya memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang tak sedikit. Dodol Betawi biasanya disajikan dalam acara khusus seperti Idul Fitri, Idul Adha, Pesta, Lebaran Betawi, dan kegiatan-kegiatan masyarakat Betawi lainnya.  Bahan-bahan yang digunakan adalah ketan, gula merah, gula pasir dan santan kelapa tua. Bagi masyarakat Betawi dodol betawi memiliki filosofi tersendiri karena pembuatan dodol Betawi tak lepas dari sumber daya manusia yang membuatnya. Seiring berkembangnya zaman, keberadaan dodol Betawi dapat dikatakan terancam karena pada zaman sekarang dodol Betawi sulit ditemukan tergeser dengan keberadaan makanan-makanan modern pada saat ini dan juga kalah popular dengan dodol Garut ataupun dodol Cina atau kue Keranjang. Dodol Betawi juga memiliki keunikan nya tersendiri dan berbeda dari dodol Garut ataupun dodol Cina atau kue Keranjang.

Maka dari itu selain karena penulis yang berketurunan Betawi penulis juga ingin mengangkat dodol Betawi ini menjadi tulisan dalam bentuk essai. Dengan dituliskannya essai ini penulis berharap selain dapat mengangkat nama dodol Betawi penulisan essai juga diharapkan dapat mengingatkan kembali kepada pembaca tentang dodol Betawi sehingga tetap lestari, karena di zaman seperti sekarang ini budaya lama banyak yang tertinggal dan juga kalau bukan kita siapa lagi yang nanti akan melanjutkan budaya yang telah diwariskan sejak lama ini. 

PEMBAHASAN

            Dodol Betawi pada zaman dahulu dodol Betawi diidentikan dengan status sosial masyarakat Betawi. Dahulu hanya orang kaya yang mampu saja yang membuat dodol dibuat dengan cara patungan untuk membeli bahan-bahannya dengan keluarga besar, karena dodol Betawi biasanya disajikan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat Betawi  seperti lebaran Idul Fitri, Idul Adha, lebaran Betawi  dan kegiatan perayaan masyarakat Betawi dan dibuat secara bersama-sama. Keluarga besar Betawi yang biasa hidup secara berdekatan akan saling melengkapi memenuhi bahan dasar pembuatan dodol. Para pria membuat adonan dan mengaduk dodol sedangkan wanita akan menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan.  Selagi menunggu dodol matang, para wanita akan menyiapkan keperluan membungkus dodol dan ketika dodol matang para wanita akan membungkus dodol dan setelahnya membagikan dodol sesuai besarnya patungan. Berbeda dengan bulan puasa, para wanita yang menunggu dodol matang akan menyiapkan makanan berbuka puasa.  Ilmu dari pembuatan dodol Betawi biasanya akan diturunkan kepada anak-cucu dan pada saat ini untuk menemukan pembuat dodol Betawi yang ilmunya turun-temurun lumayan sulit ditemukan namun, pembaca juga dapat menemukan nya di Setu Babakan meskipun tidak banyak tapi masih dapat ditemukan beberapa pembuat dodol Betawi di sana. Cara mengkonsumsi dodol Betawi mengalami perkembangan, dari yang hanya dikonsumsi saat perayaan saja sekarang dodol Betawi juga dapat dikonsumsi kapan saja dan juga dijual bebas walaupun sudah jarang ditemukan penjualnya. Varian rasa dodol pun juga ikut berkembang dahulu yang hanya dikonsumsi biasa sekarang dodol Betawi juga dapat dikonsumsi dengan berbagai rasa, adonan dodol yang dicampur dengan rasa-rasa. Ada yang ditambah rasa ketan hitam dan juga durian serta rasa-rasa lain tergantung si pembuat. Membuat dodol Betawi tidak hanya menjadi dodol biasa dan merubah kesannya dodol Betawi dimakan hanya saat perayaan masyarakat Betawi melainkan bisa jadi makanan sehari-hari atau jamuan untuk tamu di rumah. Pada zaman sekarang keberadaan dodol Betawi tergeser oleh keberadan makanan modern dan juga dodol Betawi kurang popular dibandingkan dengan dodol Garut dan dodol Cina atau kue Keranjang, selain itu banyak nya masyarakat pendatang di Jakarta juga mempengaruhi sulitnya ditemukan keberadaan dodol Betawi karena kebanyakan berasal dari luar Jakarta biasanya mereka membawa budaya nya sendiri sehingga keberadaan dodol Betawi juga dapat tergeser.

            Bagi masyarakat Betawi, nilai dari pembuatan dodol Betawi yang dapat diambil adalah dari cara pembuatannya. Masyarakat Betawi menganggap bahwa dengan membuat dodol secara bersama-sama selain dapat mempermudah pekerjaan, cara ini juga dapat mempererat hubungan kekeluargaan sesama anggota kelurga karena mengutamakan unsur kebersamaan dan silaturahmi. Kenapa begitu, karena biasanya saat membuat dodol secara bersama-sama para anggota keluarga akan saling berkomunikasi dan saling bahu-membahu maka dari itu masyarakat Betawi memaknai filosofi dan nilai dari dodol Betawi sebagai memperkuat hubungan kekeluargaan dan silaturahmi antar anggota keluarga. Cara membuat dodol Betawi terbilang cukup mudah, hanya cukup memasak gula pasir, gula merah, santan dan daun pandan hingga mendidih dan gula larut disaring. Kemudian dengan tepung beras ketan hingga 5 jam dan jangan berhenti mengaduk dodol agar bagian bawah dodol tidak mengeras gosong dan meninggalkan kerak. Memasak dodol menggunakan kuali yang besar dan lebih bagus menggunakan tungku api dengan bahan bakar kayu bakar dan dengan menggunakan api yang kecil. Dodol harus terus diaduk selama 5 jam dan tidak boleh kurang dari 5 jam karena apabila kurang dari 5 jam akan berpengaruh dengan rasa dodol yang menjadi kurang enak.

Dodol Betawi memiliki perbedaan apabila dibandingkan dengan dodol Garut dan dodol Cina atau Kue Keranjang. Apabila dodol Betawi setelah matang akan disajikan maka berbebeda dengan dodol Garut. Dodol Garut yang sudah matang selanjutnya akan dicelupkan kedalam cairan gula putih, sehingga rasa dodol Garut akan lebih garing ketika digigit. Rasa garing itu timbul karena cairan gula putih tadi telah mengeras sehingga menjadikan dodol Garut lebih garing dibandingkan dengan dodol Betawi yang kenyal. Sedangkan pada dodol Cina atau kue Keranjang, dodol akan disimpan biasanya ada yang menyimpan biasanya dodol Cina akan disimpan selama kurang lebih satu tahun dan semakin lama dodol disimpan maka dodol akan semakin mengeras namun tidk mengurangi rasa lezat dari dodol itu sendiri. Selain itu apabila dodol Betawi dan Garut dibuat dengan menggunakan gula aren atau gula merah tidak dengan dodol Cina atau kue Keranjang yang dalam proses pembuatannya menggunakan bahan dasar dari gula pasir. Perbedaan-perbedaan ini lah yang menjadikan dodol Betawi dan dodol lainnya memiliki keunikannya tersendiri.

Dalam membuat dodol diperlukan yang namanya kualitas atau mutu dari dodol yang dibuat. Untuk menjaga kualitas dan mutu dodol dan hal-hal tersebut memiliki beberapa faktor umum diantaranya :

a.       Bahan baku, tepung beras ketan tepung beras ketan merupakan  salah satu bahan  baku  utama  pembuatan  dodol.  Tepung beras ketan berasal dari beras ketan (Oryza sativa glutinous) yaitu varietas dari padi (Oryza sativa) famili graminae yang termasuk dalam biji-bijian (serelia) yang ditumbuk atau digiling dengan mesin penggiling (Damayanti, 2000). Konsentrasi tepung beras ketan yang digunakan akan memengaruhi tekstur dodol. Penggunaan jenis gula yang berbeda (gula merah atau gula putih atau gula kelapa) akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penerimaan dodol. Santan digunakan dalam pembuatan dodol dimaksudkan untuk memberikan rasa lezat dan gurih pada produk yang disebabkan oleh kandungan lemak yang cukup tinggi pada santan (Nuroso, 2013).

b.      Proses pengolahan, Pengaruh proses pengolahan terhadap mutu dodol, lebih dikaitkan kepada karakteristik sifat reologis pasta dodol yang berhubungan erat dengan gelatinisasi.  Gelatinisasi merupakan reaksi  sik  utama  yang  terjadi  pada  produk berbasis pati termasuk dodol.  Proses pengolahan dodol melibatkan pengadukan yang dilakukan secara terus menerus. pengadukan pada pembuatan dodol ditujukan untuk mencegah terjadinya pengendapan tepung, namun setelah campuran mengental, pengadukan akan memudahkan penghantaran panas sehingga pemasakan merata dan menghindari dodol menjadi hangus.

c.       Kemasan, pengemasan yang baik akan mempengaruhi mutu dari dodol itu juga. Apabila dodol dikemas dengan baik maka kualitas dari dodol tersebut akan terjaga dengan baik dan membuat dodol awet.

KESIMPULAN

            Dodol Betawi merupakan warisan dari leluhur Betawi yan menjadikan makanan yang satu ini sebagai ciri khas dari masyarakat Betawi. Dodol Betawi pada zaman dahulu diidentikan dengan status  sosial masyarakat Betawi karena pada zaman dahulu hanya orang kaya yang mampu membuat dodol saja. Dodol Betawi disajikan dalam setiap kegiatan besar masyarakat Betawi dan kebiasaan ini juga yang menjadikan ciri khas dari masyarakat Betawi. Filosofi dan nilai dari dodol Betawi adalah silaturahmi dan kekeluargaan maksudnya dari proses pembuatannya yang memerlukan banyak orang maka dari itu keluarga besar orang Betawi yang tinggal berdekatan akan berkumpul dan membuat secara bersama-sama  maka dari itu dodol Betawi diidentikan dengan makna silaturahmi dan kekeluargaan. Seiring perkembangan zaman, keberadaan dodol Betawi sulit ditemukan karena sudah tergeser dengan makanan modern ditambah kota Jakarta yang sudah sangat modern dan diisi oleh banyak nya pendatang yang membawa budaya nya masing-masing. Dodol Betawi, dodol Garut dan dodol Cina memliki beberapa perbedaan mulai dari cara pembuatan dan bahannya meski tidak berbeda sangat jauh namun perbedaan ini menjadikan dodol Betawi dan dodol lainnya memiliki ciri khas nya tersendiri.  Dalam proses pembuatannya juga diperlukan kualitas atau mutu dari dodol agar terasa lezat dan hal tersebut dilihat dari bahan baku, proses pengolahan dan pengemasan produk dodol tersebut .


DAFTAR PUSTAKA

Aida, Sabrina. 2019. “Sejarah Dodol Betawi”. Wawancara Pribadi: 17 November 2019, Jakarta.

Ashari, Avisena. 2019. Artikel. Ada Perbedaan Dodol Betawi dan Dodol Garut, Kenapa Dodol Betawi Lebih Kenyal?. Dalam https://bobo.grid.id/read/081917083/ada-perbedaan-dodol-betawi-dan-dodol-garut-kenapa-dodol-betawi-lebih-kenyal?page=all diakses pada 18 November 2019

Risma. 2016. Ini Bedanya Kue Keranjang Dan Dodol Betawi!. Dalam https://jakartakita.com/2016/02/02/ini-bedanya-kue-keranjang-dan-dodol-betawi/ diakses pada 18 November 2019

Setiawan, Irvan. 2018. Artikel. Dodol Betawi, Tradisi Kuliner Betawi yang Masih Bertahan. Dalam https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/dodol-betawi-tradisi-kuliner-betawi-yang-masih-bertahan/ diakses pada 18 November 2019

Setiavani, Gusti, dkk. (2018). Teknologi Pengolahan Dan Peningkatan Nilai Gizi Dodol. PANGAN, 27, 225-234.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama